"Hai Jama'ah jin dan manusia,
jika kamu sanggup menembus(melintasi) penjuru langit dan bumi,
maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya
kecuali dengan kekuatan (ilmu)."
- Ar-Rahman : 33 -
* * *
Halo semuanya, apa kabar kalian semuanya? Ah basi Um! Aha ha ha ha. Benar. Pertanyaan basa-basi sebagai pengantar kalian ke dalam sebuah pengalaman menarik Umi dalam membaca buku psikologi.
Buku apa itu? Buku tentang:
Kemampuan Berpikir Tanpa Berpikir
Buku ini adalah pemberian dari Om Andreas Febrian setahun lalu. Buku yang bagus. Terkait dengan psikologi manusia dan apa yang bisa dilakukan alam bawah sadar manusia tanpa manusia itu sendiri ketahui. Oke sebelum kita masuk ke dalam isi ribet dalam buku ini, Umi ingin kalian melakukan sesuatu sebagai pemanasan terlebih dahulu.
Ikutin Umi, ya~
Tarik nafas dalam-dalam ~
Buang ~
Tarik nafas dalam-dalam ~
Buang ~
Tarik nafas dalam-dalam ~
Buang ~
Kalau belum melakukan pemanasan di atas, jangan baca lebih lanjut! Nanti pikiran kalian ga tenang untuk menerima ilmu baru.
Nah, sudah? Sudah dilakukan, kan?
Oke, anak baik~
Sekarang kita akan mulai mempelajari sesuatu yang menarik! Catat ini! Kita akan mempelajarinya secara bertahap!
* * *
Sekarang, kembali ke foto buku yang Umi post di sini! Apa yang kalian lihat? Apa yang kalian pikirkan? Bagaimana menurut kalian buku tersebut? Bagus tidak bukunya? Menarik banget kan?
Sebagian dari kalian akan mengatakan:
"Bukunya menarik!", "Apanya yang menarik, bukunya plain gitu!!", "Menarik kok, kan katanya si Umi, bukunya menarik!", "Bagus kok bukunya!", dan lain-lain.
Atau, sebagian lagi bakal bilang:
"Mana tahu gue, orang gue aja belum baca!", "Ga boleh nge-judge buku dari covernya, Um!"
Percaya atau tidak, jawaban kalian, menentukan bagaimana cara kalian berpikir terhadap sesuatu.
Mari kita coba lagi.
Bayangkan ada seorang pria, bertubuh gendut, rambut awut-awutan, memakai kaca mata tebal, memakai baju hitam lengan panjang. Celana panjang hitam menghias kedua kakinya. Di punggungnya tergantung tas ransel besar yang kalian tidak tahu isinya apa. Sepatunya terlihat sangat kotor. Dari ujung pergelangan tangannya, mengintip dari balik kemeja hitam yang ia kenakan, sebuah tato bermotif yang kalian tak tahu apa. Ia memakai topi hitam pula bertuliskan "I am mystery man." Ia terus berjalan mendekati kalian dengan pandangan menunduk dengan bola mata melirik kiri dan kanan. Di dalam genggaman tangannya terdapat sesuatu berbentuk kotak persegi dengan jempol mengelus-elus benda itu.
Apa yang kalian pikirkan saat melihatnya?
Kebanyakan dari kalian akan dengan senang hati berpikir "Orang yang aneh!", "Teroris!" atau "Otaku!". Tenang itu wajar, kok! Nanti di bawah akan Umi jelaskan mengapa hal ini dapat terjadi.
Sekarang Umi jelaskan dahulu sedikit mengenai inti utama buku ini!
Buku ini menjelaskan sesuatu yang disebut dengan snap judgement (SJ). Pada bingung, ya? Sederhananya, SJ adalah semacam penilaian singkat yang diolah oleh otak kita berdasarkan apa yang kita lihat dan apa yang kita ketahui. Contoh dari penggunaan SJ adalah saat kita melihat jeruk nipis yang dimakan oleh teman kita. Apa yang terjadi setelahnya? Yap! air liur yang mengalir tiba-tiba dari ujung lidah kita.
Apa yang sebenarnya terjadi di otak kita adalah seperti ini:
- Mata menangkap gambaran teman kita yang makan jeruk nipis,
- mata mengirimkan gambar tersebut ke otak,
- otak mengolah dan mencari kemiripan atau data-data untuk mengenali objek apa saja yang kita kenali,
- otak menangkap gambar jeruk nipis,
- otak mencari ingatan tenang jeruk nipis di dalam kotak penyimpanan ingatan,
- data ditemukan, otak membuka data tersebut,
- data diolah dan dikenali sebagai jeruk nipis,
- data jeruk nipis yang mengandung catatan bahwa "jeruk nipir itu asam" dikirim ke lidah, dan
- lidah bereaksi ketika menerima pesan tersebut dari otak dan mengeluarkan liur.
Bayangkan hanya butuh waktu beberapa detik dan otak sudah melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Super, yah, otak kita?
Seperti itulah SJ bekerja di dalam otak kita. Diterima > Diolah > Kenali berdasarkan data yang ada > Nilai. Percaya atau tidak kalian melakukan ini setiap hari setiap waktu tanpa kalian sadari. Mau naik angkot, lihat dulu isinya. Mau makan, lihat dulu tempatnya. Mau baca buku, lihat dulu covernya. Mau ngapa-ngapain lihat dulu.
Polanya selalu sama, lihat penampilan sesuatu itu -> nilai.
Ingat bayangan kita tentang si pria misterius? Nah pria misterius itu benar adalah teroris. Namun, tahukah kalian mengapa kalian bisa menilai dengan benar deskripsi dari Umi? Karena otak kalian menerjemahkan setiap kata yang Umi tuliskan di sini dengan gambar. Setelah gambar itu sempurna, otak kalian mengolahnya dan mencari datanya seperti ia mencari data jeruk nipis. Ketika otak mengetahui bahwa itu merupakan ciri khas dari seorang teroris, otak melempar sinyal bahaya ke seluruh tubuh dan membuat kalian masuk ke dalam mode 'berlindung'.
Nah, sekarang bayangkan jika kita bisa mengembangkan kemampuan SJ kita masing-masing untuk sesuatu yang penting. Misal, self-defense, Art-judgement, game-debugging, strategy-making. Menurut kalian, apa yang akan kita dapatkan?
E X P E R T. A H L I.
Mungkin beberapa dari kita mengingat berapa kali percobaan Einstein sampai ia berhasil? 100 kali! Atau, berapa kali percobaan hingga akhirnya kita bisa mendayung sepeda hingga tidak terjatuh. Banyak!
Buku ini, mengenalkan beberapa cara untuk melatih SJ kita masing-masing. Mungkin teman-teman bisa mencoba di rumah:
- Blank-judgement : Menilai sesuatu tanpa mengenali atau mengetahui dasarnya terlebih dahulu. Butuh waktu cukup lama untuk me-reset otak kita dari semua pengalaman dan latar belakang informasi yang kita miliki. Namun, ketika sudah berhasil, akan lebih mudah untuk kita melatih SJ kita hanya dengan melihat bahasa tubuh, perubahan ekspresi, dan lain-lain saat bertemu seseorang/sesuatu.
- Melatih akurasi spontanitas : Pergerakan spontanitas kita sebenarnya bisa dilatih. Lihat bagaimana para atlit dilatih bukan? Gerakan, kecepatan, dan segala kemampuan mereka merupakan hasil latihan. Begitu juga dengan pelukis, programmer, penulis, pembaca, dokter. Semuanya menggunakan hasil latihan sebagai 'dasar' dari SJ mereka dalam mengambil tindakan.
- Kegiatan yang Berulang : Latihan akan membantu kita untuk memperkuat jaringan neuron. ini sama seperti ketika kamu menorehkan satu garis menggunakan pensil di atas kertas. Torehan pertama akan mengasilkan garis tipis. Namun, ketika kamu menorehkan pensilmu berkali-kali di tempat yang sama di atas kertas tersebut, garis yang tadinya tipis akan menebal. Inilah perumpamaan untuk jaringan antar neuron di otak kita.Kamu tentu akan lebih terampil melakukan sesuatu yang sudah berulang kali kamu kerjakan, bukan?
Ada beberapa hal lain yang bisa dilakukan untuk melatih kemampuan SJ kita. Namun, Umi hanya mengingat tiga hal penting ini yang bisa kita terapkan sehari-hari.
Jika kalian sudah mampu menerapkan ketiga hal ini dalam kehhidupan sehari-hari. Dalam dua detik, kalian sudah akan mampu 'membaca' bahaya, melihat kemungkinan buruk, atau menilai dengan tepat tindakan apa dilakukan saat kapan.
Nah, untuk informasi terkait SJ lebih lanjut, Umi sangat menyarankan kalian untuk membeli buku ini. Buku yang Umi miliki adalah cetakan tahun 2006. Sudah lama sekali bukan? Karena itu, mungkin kalian akan menemukan buku ini dengan sampul yang berbeda. Terakhir kali Umi ke Gramedia, Umi menemukan buku dengan judul dan penulis yang sama menggunakan sampul berwarna putih hijau.
Sebagai penutup, snap judgement yang belum terlatih akan membuatmu paranoid. Jadi sangat tidak disarankan kalian berlatih tanpa membaca bukunya terlebih dahulu!
- Terima kasih -