Berbuat Baik Membantu Berpikir Lebih Positif
"Orang yang disibukkan dengan berbuat baik, akan melihat sesuatu dari sudut pandang baik. Orang yang disibukkan dengan berbuat buruk, akan melihat sesuatu daru sudut pandang buruk."
- AA Gym, Cahaya Hati edisi 28 agustus 2015 -
Dini hari tadi, sekitar pukul 03.00 WIB, aku bangkit dari kasur nyamanku. Memang sudah kuniatkan sejak awal tertidu tadi malam untuk bangun dini hari. Hanya saat dini hari tiba, tubuhku mudah untuk diajak kompromi mengerjakan sesuatu. Yah, persis seperti apa yang ayah sarankan.
"Setelah lelah seharian, istirahatkanlah nak, badan kau itu. Tidur kau abis sholat isya, bangun kau jam 3. Shoalt kau abis itu. Segar badan kau kalau udah istirahat itu. Kena air wudhu pula. Enaknya itu badan kau nanti."
Yap, aku menuruti beliau, mencoba menterapi tubuhku lagi, yang mulai sulit untuk tidur tidak larut. Alhasil, setelah bangun, aku mulai menyelesaikan beberapa kerjaan dan janji yang belum kutepati hingga kini. Gambar, tulisan, dan beberapa kerjaan yang memang sudah seharusnya kukerjakan sejak awal waktu. Dasar anak malas, menunda menjadi kebiasaan memang belakangan ini.
Satu jam aku berkutat dengan gambar, perutku mulai bertugas. Masih terbiasa dengan suasana Ramadhan rupanya. Jadilah aku memutuskan untuk membeli satu porsi Tahu Telor yang di jual oleh warung kecil di depan kosanku.
Setelah memesan makanan dan meminta mas yang jualan untuk membungkusnya, aku langsung menuju ke salah satu kursi, duduk menunggu seraya menonton televisi yang memang disediakan untuk pelanggan yang makan di sana.
Saat itu, siaran televisi sedang memutar acara Cahaya Hati, yang dibawakan oleh ustadz AA Gym. Seorang ustadz yang dahulu pernah menjadi salah satu ustadz favoritku kala masih umur belia. Ustadz ini selalu berhasil membuatku berpikir dengan kalimat-kalimatnya yang sederhana. Aku tidak terlalu mengerti tema dari Cahaya Hati edisi dini hari ini. Suara orang mengobrol serta motor yang berlalu lalang dengan indahnya menghalau pendengaranku untuk meresapi ceramah ustadz AA Gym itu.
Namun, ada dua kalimat yang terdengar jelas di telingaku. Kalimat yang membuat dan memacuku untuk menuliskan selembar tulisan ini untuk kalian. Kedua kalimat itu adalah kalimat yang kuketikkan di awal post ini. Kalimat itu membawaku ke beberapa bulan lalu saat aku liburan di Medan sana. dalam satu waktu dan kejadian, ayah pernah berpesan pada kami,
"Jangan biasakan diri kalian untuk melihat segalanya dari yang buruk saja. Kalau kalian sering lihat sesuatu hal yang buruknya aja, nanti mudah untuk kalian melakukan hal itu."
Aku menuruti prasangka hamba terhadapKu, jika Ia berprasangka baik terhadapKu, maka baginya kebaikan, maka jangan berprasangka terhadap Allah kecuali kebaikan.( Bukhori )
Kalimat yang cukup sederhana dan membangkitkan kenangan akan nasehat-nasehat baik dari orang-orang di sekitarku. Kalimat itu juga mengingatkan aku pada sebuah bacaan tentang bagaimana cara manusia berpikir.
Manusia diciptakan untuk menilai segala sesuatu berdasarkan pengalamannya. Berdasarkan pengetahuan yang ia ketahui. Juga berdasarkan dengan apa yang ia mengerti. Kita akan menilai sesuatu itu baik jika kita memiliki pengalaman atau pengetahuan bahwa sesuatu itu baik. Ini adalah kecenderungan cara berpikir manusia.
Orang yang terbiasa melakukan hal buruk, akan cenderung berpikir menggunakan sudut pandang yang buruk pula. Alasannya sederhana, berdasarkan pengalamannya, ia membandingkan apa yang pernah ia alami dan ia lakukan dengan yang orang lain lakukan. Contoh, kau terbiasa mencontek pada temanmu saat ujian dengan cara bersiul. Otomatis, di saat ujian, jika ada yang bersiul padamu, kau akan langsung menterjemahkan itu sebagai kode dari temanmu untuk memberikannya contekan.
Dengan logika yang sama, orang yang terbiasa melakukan hal baik, akan cenderung berpikir menggunakan sudut pandang yang baik pula.
Kalimat tersebut, jujur saja sangat membuatku bahagia. Aku sedang sangat turun minatnya untuk berbuat baik, banyak hal di dalam kehidupanku belakangan ini, berjalan dengan pikiran negatif dan rasa takut. Aku tidak lagi dipenuhi oleh sikap optimisku. Tidak pula dipenuhi oleh sikap positifku. Sesuatu yang sangat kusayangkan sekali, mengingat hal itulah yang menjadi kelebihan utamaku.
Mendengar kalimat itu, jujur saja, aku menjadi termotivasi untuk kembali melakukan kebaikan. Berusaha membiasakan diri lagi untuk memiliki energi positif yang besar, sebesar-besarnya, untuk dilemparkan kepada orang-orang di sekitarku. Semoga, aku mampu memberikan energi positif yang besar dan kuat pada orang-orang yang ada di sekelilingku, segera.
Tags:
about me
0 komentar
Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.