Hinata Umi's Work

[ARTIKEL] Ketika Isi Otakmu Terlihat Dari Penampilanmu

Hola, apa kabar? Sehatkah? Kuharap sehat sih. Biar pas baca, kalian juga akan senang :) Kali ini Uum akan ngomongin yang sedikit berbeda dari topik travelling. Sedikit memotivasi dan ngasih tips dan trik enggak apa-apa kan? 

Jadi ceritanya, dua minggu yang lalu Uum mengikuti sebuah wawancara kerja di sebuah perusahaan game programming course di daerah Bukit Golf Cibubur. Nama perusahaannya adalah Clevio. Dalam perjalanan itu, Uum ditemani oleh adeknya Amaya, Poe. Perjalanannya cukup jauh, ditambah dengan Uum yang sebenarnya enggak tahu jalan sama sekali. Jadilah perjalanan yang seharusnya dapat ditempuh dalam waktu 1 jam setengah, malah ditempuh dalam waktu 3 jam lebih. 

Uum akhirnya telat ke wawancara yang seharusnya sudah di mulai dari jam 9 pagi itu di SMKN 1 Cibinong. Singkat cerita, Karena Uum yakin tidak dapat mengejar wawancara bagian satunya, maka Uum mengejar wawancara yang bagian dua di Bukit Golf Cibubur. Di kantor Clevio langsung. Sesampainya di Bukit Golf-pun Uum belum bisa langsung wawancara, karena ternyata kantornya jauh banget ke dalam kompleks. Jadilah, karena enggak tahu harga ojek sekaligus bertanggung jawab pula atas keselamatan adiknya Amaya, kami berjalan kaki ke dalam. Wiih super sekali rasanya.

Sampai di kantor yang ternyata cukup sangat jauh sekali dari gerbang utama Bukit Golf Cibubur, Uum dan Amaya hanya bisa terduduk menahan lelah. Kondisi Uum saat itu benar-benar mengenaskan. Lupakan sudah baju rapi. Lupakan sudah penampilan. Lupakan semuanya. Tak ada lagi rapi, bersih, berwibawa dan elegan. Yang Uum pikirkan saat itu hanya, "penampilanku sudah tak meyakinkan maka aku harus menampilkan sisi lain diriku. Sisi percaya diriku."

Dari situ, Uum masih punya waktu sekitar dua jam lagi untuk wawancara. Yah, Uum tidak punya persiapan. Tidak punya pengetahuan apapun. Ini wawancara pertama Uum. Uum bahkan tidak tahu Clevio itu perusahaan apa. Jadilah waktu dua jam Uum habiskan untuk mempelajari profile perusahaannya.

Setelah, wawancara di mulai. Ternyata tidak sesulit bayangan Uum. Beliau (pak Aranggi dan bu Siska) yang mewawancarai Uum termasuk orang yang santai. Jadi, Uum relax banget waktu di wawancarai. Mereka hanya bertanya tentang kesibukan, visi, misi, cita-cita, tujuan hidup, cara pandang, dan tentang diri Uum sendiri. Mereka juga meminta Uum untuk mempresentasikan sesuatu, terserah Uum apapun itu. Sudah selesai. Wawancara berlangsung selama satu jam setengah.

Setelah itu, Uum dan Poe pulang. Di jalan, atau lebih tepatnya di dalam angkot, Poe bertanya, "Kakak udah biasa ikut wawancara ya?" dan seketika Uum melongo. Mana ada ceritanya Uum biasa wawancara. Wawancara ini adalah wawancara Uum yang pertama kali. Jadilah Uum bertanya balik ke Poe, "kenapa memangnya?"

Dan dia akhirnya bercerita tentang Uum yang terkesan tenang sekali selama wawancara. Daripada wawancara itu lebih seperti ngobrol biasa. Uum di bilang terlalu tenang dan santai. Menjawab pertanyaan dengan tenang dan nyaman tanpa ragu. Seperti percaya diri sekali akan diterima. Setelah mendengar jawabannya aku mengerti mengapa dia berpikir aku telah terbiasa. 

Oke. Satu-satunya yang aku pahami tentang wawancara adalah saat wawancara kita harus percaya diri. Itu berasal dari kebanyakan buku yang aku baca tentang wawancara. Bukan percaya diri yang berlebihan, percaya diri yang paham letak kemampuan diri dan apa yang dapat diberikan ke perusahaan tempat kita melamar kerja.

Kebanyakan pelamar biasanya melakukan kesalahan dengan tidak mengenali kemampuan diri sendiri dan asal melamar ke semua perusahaan yang 'available' lowongan kerja-nya. Yah, ini juga terkait dengan stigma dan dogma di masyarakat yang mengintimidasi para pencari kerja. Di mana mereka harus memiliki pekerjaan segera.

Padahal, pada saat wawancara, perusahaan membutuhkan pelamar yang tahu dengan jelas perusahaan butuhnya karyawan seperti apa dengan kriteria seperti apa dan memiliki kemampuan seperti yang dibutuhkan. Alhasil, saat wawancara, pelamar-pelamar seperti ini akan masuk ke kondisi tidak pede. Kondisi di mana dia sebenarnya bingung dengan pertanyaannya sendiri, "sebenarnya apa yang dapat kuberikan pada perusahaan ini?"

Bagi pelamar yang dapat menjawab pertanyaan tersebut, ia akan dengan mudah dan percaya diri masuk ke dalam ruangan wawancara. Nah, sayang tidak bagi pelamar yang tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Ketika ia tidak tahu apa yang dapat dilakukan dan diberikannya untuk perusahaan, ia akan berada dalam kondisi tidak percaya diri. Merasa tidak nyaman. Takut. Khawatir. Gugup. Sedangkan kesemuanya itu mempengaruhi penilaian utama dari para pewawancara.

Dari buku "Blink"-Malcolm Gladwell, Uum belajar bahwa tingkat kepercayaan diri seseorang sangat mempengaruhi penilaian orang lain. Jika ada dua kandidat, orang dengan percaya diri penuh dengan orang takut dan gugup, maka secara tidak sadar, alam bawah sadar pewawancara akan memilih orang dengan kepercayaan diri tinggi tanpa tedeng aling.

Orang dengan tingkat kepercayaan diri tinggi memiliki karisma yang berbeda. Kita menyebutnya sebagai aura. Dengan kepercayaan diri, ada karisma atau aura cerah yang terpancar dari wajah seseorang. Karena terpancar keyakinan penuh di diri seseorang tersebut. Seolah ada kata di dalam dirinya yang mengatakan kepada alam bawah sadar orang lain dengan lantang bahwa dia dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Seolah ada sesuatu di dalam diri orang tersebut yang mengatakan kepada orang lain bahwa ia dapat melakukan banyak hal. Seolah ada yang mengatakan kepada orang lain pula bahwa ia dapat melakukan hal yang mereka minta dengan baik.

Nah hal-hal seperti itulah yang sebenarnya dicari oleh para pewawancara. Dari seribu orang yang mendaftar dan melamar, dari segitu banyaknya orang yang memiliki kualifikasi yang baik, bagaimana lagi cara terbaik melakukan penyaringan? 

Lupakan soal dongeng keajaiban. Keajaiban tak akan pernah datang pada orang yang tak mau berusaha. Percaya dirilah. Percayalah bahwa kau bisa. Percayalah bahwa kau memiliki sesuatu yang mereka cari. Tunjukkan pandangan percaya diri dan tegasmu. Tunjukkan pandangan tajam dan ingin maju. Tunjukkan bahwa kau layak mendapatkan kesempatan. Dengan begitu pewawancara akan mudah melirikmu.


Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.