Hinata Umi's Work

Butuh Untuk Menangis

[WARNING]
[This post is containing improper words and sentences for your heart. Please go from this post and read another post instead, if you don't want to feel the unstable heart from the author! Thanks]

[PERINGATAN]
[Post ini berisi kata-kata dan kalimat yang tidak baik untuk hatimu. Tolong tinggalkan post ini dan baca post lainnya, jika kau tidak ingin merasakan ketidak stabilan hati author! Terima kasih!]


Hari ini adalah hari yang sungguh membuatku bingung. Tadi pagi aku baik-baik saja. Tadi siang aku juga baik-baik saja. Aku tersenyum, tertawa, seperti biasa. Semuanya terasa biasa-biasa saja, kalau tidak mau dibilang terlalu biasa. Namun, semuanya berubah ketika pemikiran itu akhirnya merasuki pikiranku ketika maghrib menjelang. Membuatkau sesak. Sungguh aku ingin bersembunyi dari ini semua. Menghilang.


Tiba-tiba, aku kehilangan tujuan. Kehilangan sesuatu yang kusebut motivasi. Tiba-tiba saja semuanya menjadi kabur. Berkali hari ini ku buka-tutup berkas tempat aku menyimpan mimpi-mimpiku, dan berkali pula aku dibuat kecewa. Tak ada satupun mimpi itu yang mampu membangkitkan gairahku kembali. Aku kembali pada situasi yang membuatku bingung. 

Tiba-tiba saja aku ingin bermanja. Tiba-tiba saja aku ingin ditemani. Tiba-tiba saja aku takut untuk sendiri. Tiba-tiba saja aku merasa sungguh tertinggal. Tiba-tiba saja semuanya terasa kosong. Hampa. Berkali kuucapkan kalimat "Innallaha ma a'na" untuk meyakinkan diriku sendiri. Bahwa aku tak pernah sendiri. Ada Dia yang selalu menemaniku. Namun, kalimat itu tak berpengaruh dan sayangnya, sejak dulu aku tak pernah boleh egois. Sudah tahu begitu, kenapa perasaan kesepian ini muncul?

Sudah kodratnya begitu, keegoisanku selalu menyakiti semua orang. sejak dulu. Maka dari itu, aku menahan diri untuk tidak egois. Aku ingin ditemani, siapa? Pantaskah aku menarik mereka kepadaku sedangkan aku dalam kondisi seperti ini? Aku hanya akan menyakiti mereka.

"Berhentilah membuat temanmu hanya teman kala bahagiamu, Um!"

Ah.. di saat seperti ini, bahkan berbaris kalimat motivasi yang diberikan orang lain tidak akan mempan untukku. Di saat seperti ini, jika aku menceritakan keluh kesahku ke orang lain, yang terjadi selanjutnya adalah aku yang kehilangan kendaliku dengan melampiaskan amarah. Karena mereka tidak memahamiku, dan aku, berubah menjadi bebal dengan seluruh kalimat motivasi yang mereka ucapkan!

Di saat seperti ini, aku hanya butuh menangis. Menangis untuk membersihkan debu di mataku, debu di hatiku, aku ingin menangis. Walaupun aku tak tahu kenapa aku ingin menangis. Pada kondisi seperti ini, biasanya aku akan membuka kotak gelap itu. Kotak yang selalu kusimpan rapat di sudut terkecil di otakku. Agar tak terbuka secara tidak sengaja. Kotak rasa bersalah.

Hanya saja, kali ini berbeda. Aku tahu aku butuh menangis saat ini. Aku juga tahu hanya kotak itu yang mampu membuatku berlinang. Mengingat kembali semua kesalahanku. Mengingat semua hal yang pernah kulakukan dulu. Mengingat semua kejahatan yang sudah kulakukan dan betapa banyak orang yang telah kusakiti. Karena hanya kotak itu satu-satunya yang tak akan tersakiti dengan keegoisanku.

Namun, keadaan berbeda sekarang. Aku tak berani membuka kotak itu. Kali ini aku sedang lemah. Efek dari membuka kotak itu terlalu besar, tidak untukku, tapi untuk orang-orang di sekitarku. Aku tidak mau mengorbankan mereka hanya karena rasa ingin menangis itu. Setiap kali kotak itu terbuka, lubang itu juga terbuka kembali. Dan kala lubang itu terbuka, sungguh sangat sulit untuk menutupnya. Kala ia terbuka, aku akan menyakiti orang lain.

Ah... sungguh malang nasibmu, Um. Di saat seperti ini, kau bahkan tak tahu mau berbuat apa. Minta ditemani? Sama siapa? Cobalah sekali kau tertawakan saja dirimu sendiri. Berharap banyak pada orang lain saat kau sendiri tahu tak punya harapan. Berharap ada yang mau menemanimu walaupun kau tahu itu semuanya semu. Ingin mereka paham sendiri bahwa kau ingin ditemani sedangkan kau tidak mengatakannya. Kau sadarkah sedang menipu dirimu sendiri? Kau ini sungguh lucu! Memalukan!

Umroh, menangislah, menangislah ketika memang kau butuh untuk menangis. Tak ada yang salah dengan menangis. Bukankah kau sendiri yang mengatakan padanya bahwa menangis itu melembutkan hati. Lantas mengapa kau ragu untuk mengeluarkannya?

Menggilalah, ketika kau memang butuh untuk menggila. Jangan kau tahan seperti ini. Lihat! Air mata di pelupuk matamu itu. Keluarkanlah ia, bebaskanlah ia. Berteriaklah. Menangislah. Tapi berjanjilah bahwa setelah tangisan itu terhenti. Setelah air matamu mengering, dan setelah malam ini berakhir, semua itu lenyap. Tanpa bekas.

Setelah malam ini, berjanjilah! Kau akan menjadi pribadi yang baru. Pribadi yang siap menyongosong hidupmu! Pribadi yang tegas! Pribadi yang mampu menantang dunianya sendiri, sekali lagi! Tak peduli apakah kau sendiri atau bersama yang lain, tetaplah melangkah meski tak ada yang mempercayai kau mampu! Tetaplah bergerak meski seluruh dunia meninggalkanmu! Tetaplah percaya bahwa kau BISA melakukan apapun!

Percayalah, Um! Ketika kau sabar, nanti, kala waktunya telah tepat, kau akan mencicipi sendiri buah manis kesabaranmu. 

Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.