Hinata Umi's Work

Lelah

By Hinata Umi
6:09:00 AM
Ada saat dimana aku ingin mati Benar-benar ingin mati Menutup mata Mengakhiri semua keresahan dan sesak yang tak mampu kuungkapkan Aku lelah sayang Tak mampukah kau melihat itu? Aku lelah dengan sikapmu Apa
People said, "Care me please!" Then I said, "No, sorry, I can't." Then they said, "Why? You have a good life all the people wish for." Then I said, "Yes, that's why, I
Ya Allah, Aku cemburu Aku cemburu pada mereka yang kauberikan kelebihan Aku cemburu pada apa-apa yang tak kumiliki Aku cemburu pada gadis ceria di masa lalu yang tersenyum pada hujan Aku ... cemburu
"Dan, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kaudustakan?" QS. 55:13 * * * I am sick to hear this saying between my folks. "You have a good beauty face." "Your life is easy, girl."
Napasku memburu. Peluh membasahi pelipisku. Kuterima bungkusan kertas berwarna coklat dari Rima. Di tengahnya ada rekatan berbentuk hati dari lilin hitam. "Ka-kamu yakin ini benar untukku?" Yang ditanya menatapku dengan pandangan kesal. Kalau
Kau dan aku punya masa yang berbeda Kau pada masa-mu Aku pada masa-ku Kita punya masa depan yang berbeda Ya aku tahu itu bahkan sejak hari pertama kita menyatakan untuk bersatu. Karena itu
Politik itu jahat, Teman. Aku sudah melihat perpecahan tapi tak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Bahkan ayat-ayat penyembuh pun tak lagi bisa digunakan untuk mengobati hati yang terlanjur terluka karena kecewa. Mereka terpecah-belah,

Ini Jumat

By Hinata Umi
3:19:00 AM
Ini Jumat. Tapi tak seperti biasa. Dulu aku berteriak riang mencari di mana lembaran-lembaran sakral itu berada, mencari cerita tentang tujuh pemuda di dalam goa. Dulu aku berteriak gembira, mencari pemulung yang lewat
Aku tidak bisa terlelap. Tubuhku yang lemas karena radang ternyata tak membantuku dapat tertidur dengan nyaman. Padahal biasanya saat sakit, tubuh justru lebih mudah beristirahat. Sementara ia? Masih berkutat dengan pekerjaannya yang kian
Namanya Nurul. Lebih tepatnya Nurul Saadah. Aku mengenalnya dari sebuah grup kepenulisan yang dibentuk oleh salah satu penerbit yang mengajakku bergabung menjadi editor. Aku menjadi editor di suatu kegiatan pembuatan antologi dan dia
"Kyoji, kenapa sih kamu sabar banget ngadepin aku?" Ia bertanya dengan wajah yang sendu. Terlihat benar ada kekhawatiran dalam dirinya. "Hina, kau itu istriku." "Tapi, kita ... tidak benar-benar suami istri, kan?" "Tapi
"Kau tahu, Rangga. Aku dan kau serasi. Kita berasal dari hal yang sama. Kau adalah rembulan. Aku juga rembulan. Kita bersama. Jadi sebenarnya kita tak akan terpisahkan," ucapnya menatapku dalam. Mencoba menghentikan keputusanku.
Pria itu duduk termenung kembali di sana. Di tempat yang sama. Selalu di sana. Di pojok antara charger box dan pintu masuk mushalla stasiun Mangarai. Tadinya kukira ia adalah salah satu penumpang yang
Dengan panik dan takut, aku membuka Facebook-ku. Aku tidak bisa tinggal diam. Dia sudah sangat keterlaluan. Semuanya dia ungkit. Dari yang paling sederhana sampai yang paling memalukan. Siapa dia rupanya hingga berani melakukan
Apa kau pernah menginjak sarang semut lalu mereka merubungimu, menggigitimu perlahan, menjalar dari ujung kaki terus hingga sampai ke kepala? Itulah yang terjadi padaku sekarang setelah 5 jam duduk bersimpuh di depan calon
Aku menyesap teh manis dingin yang sudah habis. Meja tempat kami duduk dan memesan makanan sudah basah, bercampur antara keringatku dan es yang mencair dari sisi gelas. Kutatap dia yang masih bergeming di
Cerita ini diikutkan dalam Tantangan Menulis Kastil Mimpi edisi 15 SONGLIT – The Howling (Within Temptation) -Umi Hinata- * * * Aku tidak suka lagu ini!  Lagu ini membuatku ingat cerita Putri Serigala
Aku menatap tubuh renta itu tergolek sendirian. Sepetak kardus basah menjadi alas tidurnya. Pakaiannya lusuh, basah dalam ringkukan. Ia tampak kedinginan. Mungkin sedikit kehangatanku mampu membuatnya lega, begitu pikirku. Perlahan aku berjalan mendekatinya.
“Cerita ini diikutkan dalam Tantangan Menulis Kastil Mimpi” #TMKM_12--------------------------------------------------- “Aduh, ini teh kenapa? Aneh banget euy! Perasaan tadi teh pencetnya bener, kenapa malah ngulang lagi?” Wanita itu memperhatikan benda di depannya dengan saksama. 
"Bunda... Bunda... Ini apa?" "Apa yang apa, nak?" Ucapku. Menatap heran pada kesatria juniorku yang berlari menghampiriku dari dalam kamarnya. Ksatria senior, Abinya, sepertinya masih membersihkan pekarangan. Aku tak meminta, tapi, begitulah Abinya
Hari itu seperti biasa aku ke TK tempat Adi bersekolah. Seperti biasa pula, TK Al-insan ramai oelh ibu-ibu yang ngobrol sambil menunggui anak-anak selesai belajar.  Normalnya aku sedikit enggan berada di salah satu
"People who is clever, will find a problem. Not making one. But smart people will find and solve it!" This is the problem I found (not yet solved) : I think, people who
Kesedihan hari ini menapaki jalanku. "Bunda, jangan menangis. Jangan nangis Bunda.. Hueeee...."  Adi memelukku sambil menahan tangisnya. Tak kuasa pun aku ikut menangis bersamanya. Hari ini, kakek yang sangat dicintainya berpulang ke Rahmatullah.
Lagi menumpahkan kekesalan tentang blaming.  - Melayani diskusi. Tapi tidak debat kusir.(tandanya: kalau kita udah mulai nyari siapa yang salah dan siapa yang benar, dan tidak lagi fokus pada solusi) tl;dr Kebiasaan manusia