Hinata Umi's Work

Adi dan Bunda #2 : Kita Dilihat Orang Yang Telah Mati dari Surga

Kesedihan hari ini menapaki jalanku.

"Bunda, jangan menangis. Jangan nangis Bunda.. Hueeee...." 

Adi memelukku sambil menahan tangisnya. Tak kuasa pun aku ikut menangis bersamanya. Hari ini, kakek yang sangat dicintainya berpulang ke Rahmatullah. Ayah dari suamiku meninggal. Beliau adalah seorang bijaksana yang membuatku mengagumi anaknya. Karena pendidikan beliau atas suamiku, aku pun mencintainya.

"Bunda, sedih sayang. Manusia menangis kala hatinya sedih." 

Aku tersenyum mengelus rambut jabrik Adi. Sesekali ia sesenggukan. Tampak sekali permata kecilku ini berusaha kuat di hadapanku.

"Bunda, jangan nangis. Kata teman-teman Adi, kita ga boleh nangis saat ada yang meninggal, nanti hantunya sedih pas ngeliat kita nangis." 

Ahh.. aku gemas dengan wajah lucu anakku ini. Tingkahnya sungguh membuatku ingin menghilangkan sedih dari dalam hatiku sesegera mungkin. Ya, dialah pelipur laraku. Buah cintaku pada-Nya dan suamiku.

"Hahaha, sayang, kita boleh menangis kok. Kesedihan adalah perasaan yang juga diberikan Allah ke kita. Tangis juga kemampuan yang diberikan Allah pada kita. Yang ga boleh itu, menangis sambil meratapi orang yang meninggal. Berharap beliau hidup lagi. Nah nangis seperti itu yang ga boleh seorang muslim lakukan." 

Aku mengusap wajahnya yang basah karena tangisan. Bagi kami, beliau adalah pria yang hebat yang kami cintai.

"Pokoknya bunda jangan nangis, nanti Adi ikutan nangis juga nih. Lagian, kata teman-teman Adi, nanti kakek bakalan liat kita di surga kok Bunda. Kakek nanti juga bakalan datang lewat mimpi. Jadi bunda jangan nangis."

Ah... anakku. Dia terlalu polos. Dia masih mudah sekali terbentuk oleh pemahaman-pemahaman yang belum dia mengerti.

"Adi sayang, dengerin bunda ya sayang. Kalau ada orang yang meninggal, dia udah ga ada lagi urusan sama orang di dunia. Kalau seseorang meninggal, dia hanya akan menunggu sayang. Menunggu kiamat datang, dan menunggu orang-orang dan keluarga yang dia tinggalkan untuk mendoakannya."

"Jadi, bunda. Kakek, ga liatin kita dari surga?" Adi menatapku dengan wajah yang bingung. Alisnya menaut, dengan matanya yang menyipit.

"Enggak sayang. Setelah meninggal, dan sebelum kiamat, manusia yang sudah meninggal di tempatkan di alam kubur. Mereka tidak langsung ke surga. Kita ke surga, kalau kiamat sudah datang dan amalan kita udah ditimbang."

"Bunda, jadi kakek ga bakalan datang ke mimpi Adi?" ah.. wajahnya menunjukkan kesedihan. Tampak sekali ia ingin menangis. Ingin sekali kukatakan padanya bahwa kakeknya akan datang, tapi aku paham, bahwa itu adalah hal yang salah. Tidak! aku tidak mau anakku memahami sesuatu yang salah."Tidak sayang. Kalau Adi mimpiin kakek, itu tandanya Adi lagi rindu banget sama kakek. Makanya sayang, doain kakek ya. Biar kakek dijauhkan dari siksa kubur." Air mataku kembali mengalir. Kudekap Adi yang sekarang sedang menangis.

"Bunda, Adi ingin doain kakek. Adi ga mau kakek sedih karena ga didoain. Ingatkan Adi ya bunda." ucapnya di tengah derai tangisnya. "Insya Allah, ya sayang." Aku tersenyum mengelus kepalanya. Ah.. Anakku. Semoga kakekmu dan Allah mendengar kepolosanmu. Menjagamu dari yang tidak baik dan mendekatkanmu pada kebaikan.DISCLAIMER : cerita ini hanyalah cerita fiktif. Murni karangan penulis. Jika ada kesalahan pemahaman, mohon diluruskan :D 

Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.