Hinata Umi's Work

Flash Fiction: Gugup

Aku menyesap teh manis dingin yang sudah habis. Meja tempat kami duduk dan memesan makanan sudah basah, bercampur antara keringatku dan es yang mencair dari sisi gelas. Kutatap dia yang masih bergeming di tempatnya, tak menjawab sepatah kata pun atas kotak cincin terbuka yang kuletakkan di depannya.

Jiro, si pelayan yang melayani kami, masih sibuk mengepalkan tangannya mencoba menyemangatiku. Sementara aku, sibuk berperang dengan pasukan marching band yang tak mau diam dalam benakku.

"Maaf," jawabnya lalu berdiri, berbalik meninggalkanku dan cincin kami, di tempat kami awal bertemu.

***

Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.