Hinata Umi's Work

Flash Fiction: Hangatku ...

Aku menatap tubuh renta itu tergolek sendirian. Sepetak kardus basah menjadi alas tidurnya. Pakaiannya lusuh, basah dalam ringkukan. Ia tampak kedinginan.

Mungkin sedikit kehangatanku mampu membuatnya lega, begitu pikirku.

Perlahan aku berjalan mendekatinya. Ia tampak sangat lelah. Mungkin habis memulung seharian. Berbagai sampah plastik terlihat di dalam sebuah karung yang ia taruh di kepalanya sebagai bantal.

Aku mengambil posisi rebah di lipatan kakinya yang basah.

ugh dingin sekali kaki ini. Aku menggerakkan badanku sebentar agar dingin menghilang.

Ia menggigil sedetik. Lalu, tersenyum.

Ya, lalu kamipun tertidur di tengah udara dingin ini.

* * * 


Ugh, apa ini? Sakit sekali.

"Dasar kucing sialan!!!"

Tubuh renta itu menendang perutku berkali-kali.

"Berani-beraninya kau mengambil makan malamku tadi!!! Apa kau tahu sulitnya cari makan?"

Ah, mungkin tadi malam tikus busuk itu memakannya.

Hei, Pak Tua, bukan aku yang makan!

"Pergi kau dasar kucing busuk! Enyah!"

Ah, manusia selalu begitu. Kaum kami memang selalu jadi bahan kemarahan untuk sesuatu yang bukan kami pelakunya.

Playing victim katanya?

Sama saja, mereka pun begitu.

Ah, tak apa, yang penting tadi malam ia tidak lagi tidur dalam kedinginan.

* * *

Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.