Flash Fiction: Radang
Aku tidak bisa terlelap. Tubuhku yang lemas karena radang ternyata tak membantuku dapat tertidur dengan nyaman. Padahal biasanya saat sakit, tubuh justru lebih mudah beristirahat.
Sementara ia? Masih berkutat dengan pekerjaannya yang kian hari kian menumpuk. Selalu ada saja yang baru. Tak pernah habis.
Wajahnya yang serius itu, membuatku selalu mampu jatuh cinta.
"Kanda ...," panggilku dengan suara lirih.
"Tidurlah Adinda." Ia masih serius dengan buku-buku risetnya.
"Obatnya pahit," ucapku manja. Di lidahku masih tercecap pil radang pahit yang diberikan oleh Pak Dokter.
Bagai tak merasakan apa-apa Kanda berkata, "Rasakan pahit nya hohoho ...." Dengan muka kocak dan menatap ke arahku.
"Kanda jahat ...." Setengah merengek aku memeluk guling dan berbalik menghadap sebaliknya.
Tak berapa lama ia berpindah ke atas kasur dan memelukku, berbisik pelan, "Tidurlah Adinda manis, kamu butuh istirahat yang cukup."
Sesederhana itu, tubuhku langsung jatuh tertidur lelap.
* * *
Tags:
Flash Fiction
0 komentar
Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.