Hinata Umi's Work

Dia-Yang-Namanya-Tidak-Ku-Ketahui....5**final ed

silahkan baca cerita sebelumnya disini...

Wajah itu terlihat bingung memandang wajahku...
" Kau tidak ingat aku?" dia semakin bingung. Aku terlihat seperti orang gila di hadapan semua orang.
" Aku selalu bertanya siapa namamu setahun ini. Kita berteman selama setahun ini. Kau tidak ingat?" jeritku hampir menangis. Wajah itu menggelengkan kepalanya tanda ia berkata tidak.
" Sebulan lalu kita mengunjungi sebuah makam. Makam teman terdekatmu. Kau tidak ingat juga?"
Dia menggelengkan kepalanya lagi.



" kau tahu demi mencarimu, tadi aku mengunjungi makam itu lagi. Makam Ricky Sudarma. teman dekatmu itu." 
Kulihat wajahnya memucat dan mematung di depanku ketika mendengar nama itu. Seketika akupun tahu bahwa dia berkata jujur. Akupun menangis 
Dia bangkit dan menarikku ke ujung kereta. 
" Kau kenal Ricky Sudarma?" tanyanya lembut. Aku menggeleng. 
" Jujur aku tidak pernah bertemu denganmu. Kenalkan aku Rendy Sudarma." 
Aku kaget mendengarnya. 
" Kau..." 
" Aku adalah saudara kembar Ricky Sudarma. Dia meninggal 2 tahun lalu." 
" Kau punya saudara kembar lainnya?" 
" tidak. Dimana dan kapan kau bertemu dengannya?" 
" tidak mungkin. Aku bertemu dengannya di Kereta tujuan Jakarta Kota 1 tahun yang lalu saat naik kereta dari stasiun Pocin." 
" Dia meninggal di tabrak kereta jurusan Jakarta Kota di stasiun Pocin." Gantian aku yang memucat. 
Nafasku sesak. Pandanganku kabur. 
" Tapi.. setahun ini aku berteman dekat dengannya. dan katanya Ricky Sudarma itu adalah teman dekatnya. Ricky Sudarma sudah meninggal 10 tahun yang lalu." 
" 10 tahun yang lalu ibu dan ayah kami meninggal. Sejak itu dia merasa bahwa hidupnya sudah mati. Walaupun dia tetap menjalani hidup seperti biasanya. Dia tetap tidak pernah berekspresi dan banyak bicara." 
" tidak mungkin..." aku menangis lagi. 
" Aku sempat berpikir kalau kakakku tidak akan kembali normal lagi. Tapi kehidupannya berubah saat dia menemukan wanita itu. Dia sangat mencintai wanita itu. Setiap hari dia membicarakan wanita itu. Kebiasaannya yang suka jalan sambil menyanyi, kesukaannya makan ayam goreng, hobbynya menulis, semua dia tahu. Bahkan alamat wanita itupun dia tahu." 

Kenapa kebiasaan itu seperti kebiasaanku. 
" Dia mengenal wanita itu?" di tengah tangisku aku bertanya. Terselip rasa cemburu dalam pertanyaanku itu. Rendy tersenyum. 
" ya, dia mengenal wanita itu dengan sangat baik sekali. Sayangnya, wanita itu sama sekali tidak tahu siapa dia. Saat dia akan meninggalpun tujuannya adalah menuju tempat dimana wanita itu akan bermain badminton. Dia ingin jadi orang pertama yang datang." Aku terdiam. 
" Kau mau tahu siapa wanita itu? " 
Aku mengangguk. 
" Namanya... Annisa Khalila, salah satu Mahasiswi FIB sastra Jepang di Universitas Indonesia." 
wajahku kembali memucat mendengar nama itu dan detailnya tadi. 
" Sampai saat ini aku tidak mengetahui siapa Annisa Khalila itu dan aku ingin tahu siapa dia..." 
" Annisa Khalila itu adalah aku..." kataku yang disambutnya dengan wajah melotot. Sekarang aku ingat, tanggal itu, tanggal yang tertera di batu nissan itu adalah tanggal dimana aku kalah telak bermain Badminton, karena aku tidak bisa berkonsentrasi. Aku melihat seorang pria tersenyum ke arahku lalu tertabrak kereta api. Dadaku sesak. Aku menangis sejadi-jadinya. Tubuhku lemas. aku terduduk dan menutupi wajahku yaang menangis. 
" Tidak... Tidak mungkin... Tidaak muungkinn... Aku mencintainya Ya Allah... Aku mencintainya..." 
" jadi kau adalah Annisa?" aku mengangguk. 
" Alhamdulillah..." aku menatapnya bingung. 
" ini... kau buka alamat blog ini. Inilah yang kutahu dan dari dulu ingin kuberikan padamu." 
Aku menerima secarik kertas darinya. Lalu dia berdiri. 
" Sebentar lagi aku turun. Semoga kita bertemu kembali dalam keadaan yang lebih baik. di kertas itu sudah kutulis alamatku dan juga nomor Handphone-ku bila nanti ada yang ingin kau taanyakan tentangnya." 
kubuka kertas itu. kulihat tulisan yaang ada di dalamnya.
Rendy Sudarma : 08193xx38xx5 
Alamat : Jl. jari 2 nomor 4, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 
Aku tersenyum padanya yang segera turun meninggalkanku dengan kesedihanku menemukan kenyataan ini. 

Share:

1 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.