Hinata Umi's Work

Dia-Yang-Namanya-Tidak-Ku-Ketahui....4**

klik disini untuk membaca cerita sebelumnya...

Aku berjalan pelan menuju kereta yang akan membawaku menuju ke makam temannya Dia-yang-namanya-tidak-kuketahui. Aku masih ragu. Apa mungkin aku akan menemukan jejak keberadaannya disana? Ku tepi segera pemikiran pesimisku itu. Aku pasti akan bisa menemukannya seperti dia yang selalu bisa menemukanku. Setelah kumantapkan hatiku aku berjalan dengan cepat menaiki kereta berebutan dengan penumpang lain..



Aku teringat ketika dia ada, aku pasti akan dilindunginya dari orang-orang yang mendesakku ini.ah... aku sangat merindukannya. Dimana kamu sekarang?? 

"kereta akan tiba di stasiun Bogor." suara itu mengejutkanku yang tengah melamun. Akupun segera mengambil ancang-ancang untuk turun. Segera aku menuju pintu keluar dan mencari alat transportasi yang kemarin kami gunakan untuk ke makam temannya itu. Angkot itu dengan cepat mengantarkanku di tempat yang kutuju. Tiba disana aku mncari perlahan makam itu. Letaknya yang sangat strategis, membuatku mudah menemukannya. 

Segera kuperhatikan makam itu dengan seksama. Tampak begitu kotor. Nisan itu.. masih sama seperti saat pertama kali aku kesini. Nama yang tertulis di atasnya tak lagi terlihat. Aku tidak menemukan apa-apa disini. Ah.. tidak!! aku pasti menemukan sesuatu. Mungkin jika aku membersihkan makam ini aku akan menemukan sesuatu. Akupun segera mencaabuti rumpu-rumput yang tumbuh di atas makam, membersihkan batu nisan hingga nama pemilik makam ini terlihat jelas di mataku. "Ricky Sudarma" itulah yang tertulis di batu nisan tersebut. Kuperhatikan dengan teliti batu nisan itu. Ia meninggal tepat 2 tahun dari tanggal aku kesini dengan dia-yang-namanya-tidak-kuketahui. Aneh... kenapa dia bilang lelaki ini meninggal 10 tahun yang lalu?? tapi.. kulupakan dan aku kembali mencari sesuatu yang (mungkin saja) jejak darinya. Tapi aku tidak menemukan apapun. Nihil. Aku sudah ingin menangis kala itu. Saat tiba-tiba saja seorang kakek mendatangiku. Segera kuhaapus air mata yang sempat ingin tumpah dari mataku. 

" Non, yang 1 bulan lalu datang kesini kan?" 
" Iya kek," Kuperhatikan lelaki tua itu dari atas sampai bawah. Umurnya mungkin sekitar 60 tahun-an. Tubuhnya jangkung dan sangat kurus. Kulitnya hitam kecoklatan. rambutnya sudah memutih seluruhnya. Melihat kakek ini secercah harapan muncul di otakku. Mungkin kakek ini taahu keberadaannya. makam ini kan makam teman dekatnya. 

" Kek, boleh saya tanya sesuatu?" 
" Boleh, non." 
" mmh... Apa kakek mengenali pria yang datang bersama saya saat itu?" 
" Pria? Non becanda ya sama saya? Non, kan datang kesini sendirian." 
" enggak kok kek. Saya tidak bercanda. saya memang datang kesini dengan seorang pria." 
" Saya yakin kok non datang kesini sendirian. Bud.." si kakek memanggil temannya. 
" Apa?" katanya sambil mendatangi kami. 
" Kamu ingat nona ini tidak?" 
" Ingatlah... nona ini kan berbicara sendiri di dekat makam ini." teman si kakek menunjuk ke makam Ricky. 
" oh... begitu ya.. terima kasih kek.." 
" iya non." 

Jujur aku sangat kaget. Ada apa ini sebenarnya, kenapa kedua kakek itu mengatakan kalau aku datang kesini sendirian? Lalu yang aku lihat dan datang kesini bersamaku siapa? Segala macam pemikiran berkecamuk hebat di dalam benakku. Tidak mungkin. Ini tidak mungkin. Aku benar-benar menangis. aku berjongkok untuk segera menghilangkan pusing di kepalaku dan menangis tersedu-sedu. 

Aku segera pergi ke stasiun kereta api Bogor dan membeli sebuah tiket tujuan Jakarta Kota. Aku harus menenangkan hatiku. Ketika kereta tiba, aku langsung menaikinya. Kereta masih sepi. Ku arahkan pandangan ke sekitar, sambil berharap akan menemukan dia-yang-namanya-tidak-kuketahui. Pandangan mataku tertubruk pada sesosok tubuh yang duduk di barisan dudukku. aku mengenali orang itu. Dia... dia.. 

Aku segera mendatanginya... 
" Aku mencarimu kemana-mana!! Ternyata kau ada disini." wajah itu terlihat kaget. Dia terlihat bingung. 
" kau.. kau tidak ingat padaku??" 

Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.