Hinata Umi's Work

Dia-Yang-Namanya-Tidak-Ku-Ketahui....2**

Masih ingat dengan ceritaku kemarin?
Tentang dia-yang-namanya-tidak-ku-ketahui?

Hari ini aku berjumpa lagi dengannya..
yah... mungkin ini merupakan kesekian kalinya aku berjumpa dengannya..
tapi kali ini ada yang berbeda..
ah... mungkin hanya perasaanku saja.#lupakan
hari ini dia mengajakku ke sebuah tempat.
tempat yang jauh.... sekali (katanya?)
aku tidak mau... aku tidak mengenalnya..
tapi di berkeras kalau aku akan baik-baik saja di tangannya
baiklah... untuk kali ini ku mengikuti keinginannya..
toh selama ini dia selalu mengikuti keinginanku, melindungiku.



jadilah aku mengikutinya hari itu... 
kau tahu kemana dia membawaku? 
ke sebuah pemmakaman.. 
jujur aku bingung.. kenapa dia membawaku kesini.. 
kami mengarah ke sebuah makam.. 
makam itu sangat berantakaan.. 
mungkin sudah bertahun-tahun tak dikunjungi. 
bahkan nisannyapun sudah tidak dapat menunjukkan dengan jelas nama dari penghuninya.. 
"ini makam temanku" katanya seolah menjawab kebingunganku. 
"dia meninggal 10 tahun lalu saat aku berumur 8 tahun." 
ini kali pertama dia menceritakan tentang dirinya padaku. 
aku memang berteman dengannya hampir 1 tahun, tapi selama aku berteman dengannya, 
tidak sekalipun dia membicarakan tentang dirinya. 
jadilah aku buta akan kehidupannya. 


"dia adalah sahabat terbaikku" katanya memecah lamunanku. 
"setiap mengingatnya, aku teringat lagi kalau aku juga akan seperti dia tidak lama lagi" 
aku menatapnya dengan bingung. dia menatapku dan tersenyum. 
" iya kan? kita juga sebentar lagi akan menyusul dia. Kita disini kan punya limit waktu. ketika limit kita telah habis ya kita akan balik kesana juga. lupa?" 
" oh iya.. ya.." jawabku dengan tersipu. 
dia duduk di samping makam itu dan mengucapkan beberapa patah kata sebagai do'a. 
akupun mengikutinya walau aku tidak mengenal orang yang aku do'akan ini. 
setelah selesai berdo'a, selintas aku melihat ke wajahnya. 
ada setitik air mata yang tak dapat keluar dari pelupuk matanya. 

saat itu aku tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan atau iaa rasakan. 
tapi yang jelas dia sangat sedih. 
"aku ingin segera kesana dan bertemu dengannya." katanya lagi membuat diriku kaget dan takut. 
"lalu, aku bagaimana?" serentak segala ke-egoisan di dalam tubuhku bergejolak. Dia hanya tersenyum dan diam. 
Kami tenggelam beberapa saat dalam diam, Dia dengan lembut menarik tanganku untuk berdiri. 
"pulang yuk!!" ajaknya tulus. 
aku berjalan di belakangnya, sementara tanganku masih di dalam genggamannya. 
terpikirkan sekali lagi olehku akan kata-katanya tadi. 

kami kembali menaikinya, menaiki tempat pertama kali kami berjumpa. 
kereta api tujuan Jakarta Kota yang sangat padat. 
kembali saat aku hendak turun ku ucapkan kata-kata itu, 
kata-kata yang aku tidak pernah bosan mengucapkannya. 
kata-kata yang selalu ku ucapkan di akhir perjumpaan kami. 
" siapakah namamu?" 
dan dia dengan santai dan senyumnya yang manis menjawab. 
"Masalah nama? itu tidak terlalu penting saat ini, toh.. tanpa tahu namaku, selama ini kita tetap berteman kan? Yang terpenting adalah kau tidak melupakanku." dia pun tersenyum mengantarkanku ke depan pintu keluar kereta api. 

Ketika aku turun, kereta api kembali melaju dengan pesat membawa dia-yang-namanya-tidak-kuketahui kembali kerumahnya yang juga tidak kuketahui. 

selamat jalan, terima kasih untuk pelajaran yang telah kau tanamkan ke dalam hatiku hari ini. 



Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.