A T T I T U D E
Oleh : Umi Hinata
Kali ini Umi mau bahas yang
sedikit lebih serius dari biasanya. Tetap, akan ada mini curhat dari Umi. Hanya
saja kali ini akan lebih berfokus pada poin utama dari artikel hari ini.
Apa
itu? A T T I T U D E.
Sebelum Umi masuk ke dalam
topik pembahasan kita hari ini, Umi ingin sedikit ngobrol sama kalian. Jadi apa
sih sebenarnya attitude itu?
Dalam bahasa Inggris, attitude berarti pemikiran dari
seseorang yang dapat dilihat dari sikap atau prilaku orang tersebut. Sikap atau
prilaku ini bisa dalam bentuk apa saja. Bisa marah. Bisa senyum. Bisa
keramah-tamahan. Bisa saling sapa. Bisa kata-kata sinis. Bisa pemaksaan. Bisa
juga salam sayang. Intinya sesuatu yang kita pikirkan lalu kita wujudkan dalam
bentuk perlakuan ke orang lain bisa disebut sebagai attitude.
Dalam buku “The Secret” yang
ditulis Rhonda Byrne, beliau menjelaskan bahwa apa yang kau lakukan dan apa
yang kau pikirkan akan kembali padamu. Ada kutipan menarik dari buku ini yang
sangat lengket di kepala Umi, “Ingat, semesta mendengarmu”. Teori yang
disampaikan Tante Rhonda sangat simpel, apapun yang kau pikirkan didengarkan
oleh semesta, dan semesta akan melakukan segala cara untuk mewujudkannya
untukmu.
Misalnya gini, kamu berpikir kamu bisa menyelesaikan tantangan One
Day One Artikel-nya Kastil Mimpi
selama sebulan penuh. Kamu berusaha melakukannya sepenuh hati. Semesta akan
membantumu untuk melakukan itu. Entah dengan memberikanmu waktu atau malah
memberimu segudang ide untuk dituliskan.
Masih terkait dengan attitude, dalam buku “Attitude Is
Everything” yang ditulis oleh Jeff Keller, ia mengatakan “Your attitude is your window to the world”, pemikiran dan
perasaanmu terhadap seseorang atau sesuatu adalah jendelamu menuju seluruh
dunia. Bingung yak? Gini, kamu punya jendela, jendela kamu kotor, jarang kamu
bersihin, apa yang kamu rasakan saat kamu melihat taman bunga dibalik jendela
itu? Sebaliknya, apa yang kamu rasakan kalau jendelanya bersih?
Selain itu, Umi tambahkan
lagi sedikit referensi dari buku “Blink: The Power of Thinking Without
Thinking” yang ditulis Om Malcolm Gladwell. Om Gladwell berkata bahwa setiap
manusia pasti bias dalam menilai sesuatu, sesuai dengan latar belakang, profesi
dan kepribadian orang tersebut. Misalnya seseorang yang tinggal di Amerika
pasti punya kecenderungan ras dalam memilih teman baik, apakah itu kulit hitam
atau kulit putih, atau orang Indonesia yang punya kecenderungan agama saat
memilih teman karib atau memilih pemimpin.
Nah, sekarang apa sih
sebenarnya tujuan Umi nulis ini semua? Apa kaitannya ketiga buku tersebut
dengan tulisan Umi ini?
Sederhana sebenarnya, mohon jaga attitude kalian! Dimanapun kalian berada! Kenapa? Coba kita simak dari ketiga referensi
yang Umi cantumkan di sini. Ketiganya, baik Tante Rhonda, Om Jeff, maupun Om
Malcolm, mengatakan hal yang sama, attitude
kamu menunjukkan seberapa besar nilai kamu di hadapan manusia lain.
Bayangkan hal sederhana
seperti, “Aku ingin mereka menyukaiku”.
Kalau kita pakai teori dari Tante Rhonda, maka kita akan melakukan apapun untuk
membuat orang lain menyukai kita, bukan? Nah, ini disebut usaha. Kita tidak
semerta-merta menyerahkan begitu saja pada semesta keinginan kita itu.
Lalu, dari situ, kita gunakan
teori dari Om Jeff, bahwa attitude
kita, jendela kita melihat dunia. Jendela kita adalah sebaris kalimat “Aku
ingin mereka menyukaiku”. Maka, kita poles lah jendela kita itu dengan, rajin
senyum, rajin menyapa, rajin ngobrol, rajin beramah tamah. Apa yang kita lihat
selanjutnya? Pemandangan yang indah bukan? Orang-orang yang juga tersenyum pada
kita, orang yang menegur kita, orang-orang yang beramah-tamah dengan kita.
Terakhir, semakin lama kita
melakukan itu, maka akan terbentuk kebiasaan di dalam diri kita. Kebiasaan ini
membentuk latar belakang dan pengalaman di diri kita, juga orang lain. Maka
gunakan teori dari Om Malcolm, bahwa setiap manusia pasti menilai orang lain
berdasarkan bias dari kebiasaan dan pengalaman, kita menilai orang lain
berdasarkan pengalaman kita itu. Dalam hal ini maka, kita akan menyimpulkan
bahwa tegur sapa, senyum, ramah tamah, dan obrolan adalah cerminan dari “mereka menyukaiku”.
Sukses, kan?
Ah, omong-omong, teori dari
Om Gladwell juga mengindikasikan dam memberi peringatan bahwa kita juga bisa
dinilai buruk oleh orang lain berdasarkan pengalaman kelompok. Misalnya saja:
Orang padang pelit atau Orang batak galak.
Bahkan, sesederhana seperti “males
ah, dia tukang paksa” yang tersebar dari mulut ke mulut.
Jadi, akhir dari ini semua
adalah waspadalah, waspadalah!!
Tags:
artikel
0 komentar
Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.