Hinata Umi's Work

About Me: Kenapa Aku Tidak Mau Jadi Model

Sejak aku lahir, aku sering ditanya, "Kenapa, sih, kamu gak jadi model aja? Sayang, punya bakat dan modal buat kaya, kok, gak dimanfaatin."

Pertanyaan-pertanyaan itu bukan keluar dari orang tuaku, tapi dari orang-orang yang ada di sekelilingku. Sebut saja tetangga, teman sepermainanku sejak SD dan semuanya. Bahkan ada yang nanya kenapa aku gak jadi biduan. 

Sumpah, acak banget!

Hal-hal ini juga sebenarnya bukan tidak berdasar. Sejak bayi, kata mamak, beliau memang sering mengikutsertakan si Gendut Uum kecil ke berbagai kontes bayi sehat. Alhasil rumah kami memang dipenuhi dengan berbagai perabotan hasil aku (dan Mamak) memenangkan perlombaan dan kontes-kontes itu.

Gendut. Putih. Buntal. Murah senyum. Ramah ke siapa saja. Baik budi dan mudah beradaptasi sama orang baru. Pecicilan dan juga centil. Itulah definisi mamak terhadap si Gendut Uum dulunya.

Juri mana yang bisa mengalihkan pandangannya dari si Gendut Uum? Hehehe.

Semakin besar, si Uum gendut berubah menjadi langsung dan memenuhi stereotipe gadis ranum di mata orang banyak. Tumbuh menjadi gadis yang menurut orang-orang di sekitarnya pantas diperhitungkan. Plus ini juga ditambah dengan semakin terpandangnya keluargaku saat itu di Medan.

Jadi bahan catcalling dan bahan perjodohan ibu-ibu tetangga dengan anak-anak mereka, sudah menjadi makanan sehari-hariku. Kemanapun aku melangkah tak pernah lepas dari kalimat-kalimat ini:

"Pssstt... cewek."
"Dek, mana nomornya, Abang minta lah."
"Ish, sombong kali pun, sini main sama abang."

Jijik.

Itulah definisi si Uum melihat pria-pria itu. 

Menjelang SMP, aku memilih untuk berjilbab. Semata-mata karena sudah bosan di catcalling  dan juga mengincar simpati dari para guru. Berjilbab pun masih setengah hati. Pulang sekolah ya, lepas. khas anak  SMA saat itu. 

Namun, bukannya berhenti, catcalling itu berubah bentuk. Dulu aku memaknai itu sebagai adab kesopanan. Tapi sekarang aku paham, itu bentuk lain dari catcalling juga. Tadinya disiulin berubah jadi disalamin. Tadinya dimintai nomor, berubah ngajak taaruf (definisi  taaruf dulu tidak seperti sekarang. Dulu taaruf, ya, kenalan).

Waktu SMA, aku mengikuti kegiatan tarbiyah. Liqo' dan pengajian jadi hal yang biasa aku ikut. Pelan namun pasti, penampilanku pun berubah. Jilbab semakin lebar, kemana-mana menggunakan manset, wajah tanpa riasan. 

Begitu pun masih ada yang bilang, "Kamu cantik, putih, leher jenjang, kaki dan tangan panjang, Kenapa ga jadi model aja? Model jilbab gitu."

Sepanjang hidupku hingga SMA, aku tak pernah merasa cantik. Aku merasa jelek. Aku merasa tak menarik. Tak ada yang menarik. Semakin mereka mengatakan kamu baiknya jadi model semakin aku merasa jelek. Alasannya simpel. Aku benci, dinilai dari fisikku.

Aku ingat kelas dua SD aku dipukuli dan dilempari tas karena mereka bilang aku terlalu, cantik. Aku juga ingaat berkali-kali aku dimarahi dan diejek karena dibilang gadis keturunan. Padahal Ayah Batak tulen, Mamak Melayu asli.

Semua kengerian itu, membuatku bertekad untuk menghilangkan stereotipe yang menempel di dalam diriku. Aku ingin dinilai lebih. Bukan hanya dinilai atas kecantikan. Aku ingin memiliki nilai lebih daripada sebuah objek. 

Nilai yang aku tetapkan adalah kepintaran dan kecerdasan.

Alasan yang membuatku mati-matian berusaha masuk UI, lulus dari sana, berjuang membangun nama, merek diri.

Hingga aku kini dikenal bukan sebagai Si Cantik Umroh Machfudza atau si Sexy Umroh.

Tapi sebagai:
1. Full Stack Developer IT Fasilkom UI, Umroh Machfudza Sihaloho
2. Coach Berwawasan di Clevio, Umroh Machfudza Sihaloho
3. Designer Kebaya Freelance, Umroh Machfudza Sihaloho
4. Editor Freelance, Hinata Umi
5. Penulis Dengan Ilmu Segudang, Hinata Umi
6. Pembaca dan Reviewer Buku, Hinata Umi

Orang tak lagi hanya melihat fisikku sebagai nilai yang kumiliki. Tapi juga kemampuan dan skillset yang kumiliki.

Sekarang, masih banyak juga yang bertanya, "Kenapa aku tidak mau jadi model?" 

Jawabanku masih sama, karena aku ingin dilihat sebagai diriku, dengan kemampuanku. 

Lagipula, kalau aku jadi model, aku tidak yakin memiliki cukup kepercayaan diri. wkwkkwkw

See ya teman-teman~~

* * *

Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.