Waktu Akan Membuktikannya.
" Gue benci lo.." satu tamparan keras mendarat di wajah Rendy.
Wanita itu berbalik dengan berlinangan air mata.
" Lo... Lo..."
" Kamu enggak tahu apa-apa tentang aku Ren!"
" Lo ingat Lil, gue enggak akan nyerah gitu aja!! Lo liat aja!"
" Just do whatever you want!! I don't care anymore!" Lila meninggalkan pria itu.
" AAARGHHHHH!!!"
Rendy menendang tempat sampah yang ada didekatnya. Teringat kembali di kepalanya, ketika kata-kata itu keluar dari mulutnya tanpa bisa ia tahan.
" Gue ga nyangka Lil, Lo cuma cewek miskin!! Lo keluar sama Dery karena dia kaya kan??"
Tidak!! Rendy sama sekali tak berniat mengucapkan kata-kata menyakitkan itu pada Lila. Dia mengucapkan kata-kata itu tanpa sengaja. Tidak ada sedikitpun niatan di hatinya untuk menyakiti gadis yang dicintainya. Rendy Terlalu mencintai Lila untuk menyakitinya. Tapi memang, setiap apa yang dilakukannya selalu berlawanan dengan keinginan hatinya. Gadis itu menolak kehadirannya tak seperti wanita lainnya yang mendekatinya begitu saja.
Tidak!! Aku tidak akan menyerah!
***
Lila berjalan dari tempat terakhirnya bertemu Rendy. Hatinya masih sakit dengan kata-kata Rendy. Ya.. Dia tahu dia miskin. Ya ia paham hal itu dengan sangat jelas. Tapi yang disedihkannya adalah Rendy. Dari sebanyak itu orang yang sering menyakitinya, kenapa harus Rendy juga melakukan hal yanng sama? Kenapa Rendy?
***
1 minggu setelahnya...
***
Rendy menatap dinding kamarnya. Duduk terdiam, melihat ke sekumpulan foto.
AArrghhhh.. Kenapa aku harus melakukan itu tadi!! Kenapa aku harus mengatakannya! Setelah semua yang kulakukan! Setelah aku berhasil sedekat ini dengannya!!! Arrghhh... Sekarang pasti dia sudah sangat membenciku seperti kata-katanya.
Rendy menghentakkan kepalanya ke dinding kamarnya. Memukulkan tangannya dengan keras ke dinding.
***
Lila menatap kumpulan diary-nya. Mengambil salah satunya. Membacanya... Satu persatu, lembar demi lembar. Tetesan air matanya menetes. Dibaliknya lagi lembaran itu. Setiap lembaran basah oleh setetes air matanya. Teringat lagi di kepalanya kata-kata yang diucapkannya pada Rendy tadi. Benci? Mengapa aku harus mengucapkan kata-kata itu? Dari segitu banyak kata, kenapa itu yang keluar dari mulutku?
Teringat lagi dia akan kata-kata Rendy tentang Dery.
Ah~ kenapa kau tak bertanya padaku Ren? Kenapa kau mengambil kesimpulan begitu saja?
***
1 Bulan setelahnya...
***
Rendy berjalan tak tentu arah keluar dari rumahnya. Tak dapat sedikitpun dia mengeluarkan Lila dari kepalanya. Terngiang di telinganya kata-kata Lila.
Arrghhh... Lila, maafkan aku. Aku terlalu takut kau pergi. Aku hanya ingin kau disampingku. Aku tidak sanggup menahan rasa kesalku Lila. Rasa cemburuku. Bahkan aku tak mampu dan terlalu takut untuk bertanya yang sebenarnya padamu. Tentang hubunganmu dengannya. Ah~ bahkan aku tak berhak untuk mempertanyakannya. Aku siapa? Maafkan aku, Lila!! Maafkan aku.
***
Lila berjalan menatap keheningan malam yang bungkam.
Ah~ Rendy.. Apa kau tahu aku sangat mencintaimu? Kenapa kita harus sampai pada hal seperti ini lagi setiap kali kita sudah membaik? Rendy~ Apakah ada rasamu untukku? Apakah aku memang hanya seorang gadis miskin dimatamu?
***
1 tahun setelahnya...
***
Rendy menatap bintang malam yang bertebaran dengan indah. Kini Rendy tengah duduk di kursi taman tempat terakhir kali dia bertemu dengan Lila. satu tahun berlalu sejak saat itu. Dia tak pernah lagi bertemu Lila. Bukannya dia tak mencari. Dia sudah mencari kemanapun tempat dimana Lila kemungkinan berada. Tapi hasilnya nihil. Lila hilang bak ditelan Bumi.
Ah~ Lila.. Aku merindukanmu, apakah kau sedang melihat bintang yang kulihat? Lila~ kembalilah...
Rendy menatap kelamnya malam dan bintang itu. Menatap Bulan yang indah, tersenyum mengejek setiap kali melihatnya tersenyum malu dan menangis pilu.
Lila~ Mungkin kau sekarang sudah tak lagi peduli padaku. Seperti yang kau ucapkan satu tahun yang lalu.
Air mata menetes pelan di pipinya. Tanpa bisa dicegah. Airmata yang telah ditahannya selama setahun ini. Setahun tanpa Lila.
***
Lila menatap bintang malam yang bertebaran dengan indah di langit kelam. Kini kakinya menjejakkan kaki ke taman tempat terakhir kali dia bertemu dengan Rendy. Dia tak dapat membohongi perasaannya sendiri. Perasaannya masih sangat kuat pada lelaki itu. Sudah lelah langkah kakinya menghindar dari lelaki yang sangat dicintainya itu. Matanya menatap pada tempat pertemuan terakhir mereka. Bangku taman itu.
Ah~ dia tak dapat lagi membohongi perasaannya dan mengabaikan lelaki itu. Tak dapat lagi pura-pura tak peduli padanya. Kini ia melihat airmata itu menetes. Tidak!!! Ia tak dapat lagi mengabaikan lelaki itu. Airmata itu!!
Rendy!! Lila menutup mulutnya. Tersesak nafasnya menatap seorang lelaki yang duduk di bangku itu. Kakinya melangkah tanpa dapat dicegah. Rasa rindunya mengalahkan egonya untuk tidak bertemu lelaki itu. Semakin dekat... semakin dekat...
***
Rendy menghapus airmata yang mengalir dengan tangannya. Semakin dihapusnya, semakin deras air mata itu keluar. Terisak ia menatap celananya yang kini mulai basah oleh airmata.
Tuhan... Tolong pertemukan lagi aku dengannya. Tolong... Kali ini aku tak akan menyakitinya.. Aku akan menjaganya. Maafkan aku.. Aku akan segera menikahinya. Aku berjanji, jika Kau pertemukan aku dengannya, Aku akan langsung melamarnya. Aku akan langsung melamarnya di hari aku melihat wajahnya. Maka dari itu, pertemukanlah aku dengannya. Pertemukan aku dengan Lila.
Matanya melihat bayangan seseorang. Perempuan.
***
Terpaku Lila berdiri di samping Rendy yang masih menunduk dalam tangis. Tangisnya tak dapat ia bendung lagi. Setetes demi setetes air matanya keluar.
Oh Tuhan... kumohon, jangan biarkan ia seperti ini. Kabulkanlah apapun yang menjadi keinginannya. Jangan biarkan dia terjatuh seperti ini. Aku akan melakukan apapun untuk-Mu asalkan kau beri kebahagian yang dia inginkan. Aku mohon.
Wajah lelaki itu perlahan melihat ke arahnya. Wajahnya menunjukkan kekagetan yang sangat. Terpaku. Sama seperti yang dilakukan Lila. Hanya terdiam.
***
Mata mereka bersatu, tatapan penuh kerinduan. Tatapan yang mengatakan segala hal tanpa berkata. Tatapan dengan segenap rasa. Tatapan yang tak bisa membendung tumpah ruahnya seluruh perasaan. Perlahan wajah sendu di hadapan mereka berubah tersenyum.
Rendy bangkit dari kursinya.
" Lila... Maafkan aku, aku tak pernah mengatakannya padamu. Aku mencintaimu. Maafkan aku mengatakan semua hal itu padamu. Aku cemburu pada Dery... Maafkan aku.."
" Sssstt... sudahlah tak ada yang perlu dibahas lagi. Tak ada yang perlu dijelaskan lagi. Wajahmu... apakah kau masih sakit akan itu?"
Rendy menggeleng. Mereka kembali terdiam. Rendy menarik tangan Lila untuk duduk di sampingnya.
" Kau.. apakah kau sudah memiliki suami?" Lila menggeleng.
" Dery?"
" Kakak tiriku."
Rendy menatap Lila. Wajahnya bingung bukan kepalang.
" Satu tahun lalu, seminggu setelah kejadian itu." Lila menjawab perubahan wajah Rendy.
" Maafkan aku..." Rendy kembali mengucapkan kata itu.
" Sudahlah, kan sudah ku bilang tak ada yang perlu dijelaskan lagi."
Rendy kembali terdiam. Menatap wanita disampingnya dengan dalam.
" Lila..."
" hm..." Lila menatap ke arah lelaki itu.
" Maukah kau menikah denganku?"
" Kenapa?"
" Aku mencintaimu."
" Hanya itu?"
" Apa harus ada alasan lain?"
" Tidak." Lila menggeleng.
" Lalu?"
" Apa?"
" Maukah kau menikah denganku?"
" Sekarang?" Lila bertanya dengan wajah menggoda.
" Jika bisa..." Lila tersenyum.
" Baiklah.." Lila tersenyum.
" Sekarang?" Rendy bertanya dengan wajah menggoda.
" Oh... Rendy...."
Dan Rendypun memeluk tubuh Lila.
" Aku mencintaimu."
***
1 minggu setelahnya...
***
Rendy dan Lila resmi menjadi suami istri.
" Dan lakukanlah apapun yang bisa kau lakukan hari ini sekarang. Lakukanlah segala hal yang tidak akan pernah kau sesali nantinya.
Dan jangan pernah sesali apa yang sudah terjadi."
0 komentar
Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.