Flash Fiction: Tamak
"Cerita ini diikutkan dalam kegiatan TMKM Kastil Mimpi"
#TMKM_19
-------------------------------------------------
Minlyc selalu menjadi topik hangat dibicarakan di mana-mana. Baik di pasar, di pertemuan pengembara, maupun di gang-gang sempit. Si Admin misterius bertudung coklat. Bahkan, kabar mengenai kemisteriusannya sampai ke telingaku, si Pengembara Miskin ini.
Ah ya, perkenalkan aku adalah Pengembara Laut. Kalian bisa memanggilku Laut, Pengembara, atau apapun yang kalian sukai. Aku tinggal di mana saja. Namun, sudah lima bulan aku menetap di kerajaan Kastil Mimpi ini.
Dari semua kerajaan yang ada di Dunia Mimpi, baru kali ini aku menetap sebegini lamanya. Bukan apa-apa, ada sebuah sayembara menarik yang menjadi topik hangat di kalangan para pengembara. Sayembara untuk mengungkap siapa sebenarnya Minlyc. Hadiahnya lumayan, 200 koin emas, akan menjadi 500 jika berhasil mengungkap jenis kelaminnya. Penyelenggaranya kudengar bernama Andika Novendi Kurniawan yang berkomplot dengan Ahsan, dua bangsawan Kastil Mimpi. Siapapun mereka, aku tak peduli.
Aku. Butuh. Koin. Emas. Itu. Titik.
Maka, di sinilah aku, tengah malam, mengendap-endap ke dalam istana Kastil Mimpi, berharap tidak ada satu pun penjaga –terutama Minlyc– yang melihat keberadaanku.
Istana Kastil Mimpi tergolong besar dengan lorong panjang membentang dari gerbang masuk sampai ke ujung pintu kamar utama, kamar Ratu. Istana ini hanya terdiri dari satu lantai. Seluruh dindingnya berwarna putih dengan pintu gerbang utama berbentuk huruf K dan M, pintu yang tepat ada di depanku sekarang. Kanan-kirinya adalah kamar para petugas istana.
Kamar paling ujung adalah kamar Ratu Mega. Dua kamar di depannya adalah kamar dua dayang-dayang utama, Minnul si Kucing Anggora Minyoong dan Minlindo si Singa yang jarang mengaum. Di samping kamar Minlindo adalah kamar Mindenmas si Kesatria Penghubung.
Dan, –semoga aku tidak salah masuk– kamar pertama dari gerbang ini adalah kamar Minlyc.
"Nek, nenek siapa, mau ke mana, menyoong?”
Aku menatap ke arah datangnya suara. Di sana, di belakangku, mendekat seekor kucing anggora berjalan dengan anggun mengenakan syal berwarna hitam yang melambai ketika tertiup angin.
Aku melirik kucing kecil itu. Menimbang apa yang harus aku lakukan?
“Aku ingin bertemu dengan Minnul, ada titipan makanan yang harus dia ambil di pasar Kaldera. Apakah kau bisa menyampaikan pesan itu padanya?” Hanya mencoba peruntungan. Semoga dia percaya.
“Oh! Pesanan tunaku sudah datang, menyoong? Terima kasih, Nek, menyoong!” ucapnya lalu berlari dengan riang ke arah pasar Kaldera di Utara Istana.
Sedetik aku terdiam tidak percaya, tapi aku kembali fokus ke arah kamar Minlyc. Harusnya dia sedang istirahat sekarang dan akan bangun sepuluh menit lagi.
Perlahan kubuka pintu kamar dengan memasukkan bubuk asam pada gagangnya. Tidak perlu menunggu waktu lama, gagang besi itu meleleh. Satu kali dorongan pelan, pintu itu terbuka, membuatku membelalak melihat isi kamar itu.
Seekor serigala bertaring tajam sedang tidur nyenyak. Arah wajahnya tepat menghadap ke tempatku berdiri saat ini. Satu salah langkah, aku mati. Tidak ada apa pun dan siapa pun selain serigala ini di sini. Ia memiliki bulu berwarna abu-abu putih dengan … tunggu!
Dia … Minlyc? A-astaga, Minlyc adalah serigala?
Kalau dia adalah serigala, maka hanya ada satu cara untuk mengetahui jenis kelaminnya.
Aku menatap ke satu-satunya tempat persemayaman kelamin seluruh jenis hewan. Memantapkan diri, aku mengendapkan kaki berusaha untuk tidak membangunkannya. Demi 500 koin emas.
Kutarik nafas dalam, sebelum kuangkat ekornya ke atas. Sedikit demi sedikit, 500 koin emas akan menjadi milikku.
“Nenek bohong, menyoong!”
Aku terdiam menatap ke arah pintu. Di sana, si Kecil Anggora terlihat sangat marah padaku. Dan, tentu saja ….
“Grrhhh … Apa yang kau lakukan dengan ekorku, Nenek?”
Tamatlah sudah riwayatku. Selamat tinggal 500 koin emas. Selamat tinggal 200 koin emas. Selamat tinggal Dunia Mimpi. Aku mencintai kalian.
* * *
Ruang Tamu, 1 Desember 2018
Tags:
Flash Fiction
0 komentar
Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.