Hinata Umi's Work

Kematian



Pasti enggak sedikit di antara teman-teman yang pernah berpikir "Seandainya aku mati.." atau " Mungkin sebentar lagi aku mati.. " atau " Kapan aku Mati??" atau " mudah-mudahan aku mati sekarang!" atau pengen bunuh diri atau hal-hal sejenis (Terutama saat stress atau di kasih masalah besar sama Allah). Uum sendiri secara jujur bilang ke kalian semua, uum sering memikirkan hal itu. Setiap hari malah. Bedanya uum mikirin mati bukan karena stress atau punya masalah besar. Semua itu uum pikirin untuk mempersiapkan diri.
Pertanyaan-pertanyaan seperti " Bagaimana ya kalau hari aku mati?", " Apa aku sudah siap untuk mati?", " Aku takut tidak pada kematian?" sering sekali muncul di otaknya uum. Jawabannya pun uum sudah punya. " Bagaimana ya kalau hari aku mati?" Ya hadapi saja, " Apa aku sudah siap untuk mati?" InsyaAllah, " Aku takut tidak pada kematian?" Tidak. Tapi, Benarkah uum sesungguhnya siap? Benarkah uum seberani itu? Jawabannya tidak teman-teman. Beberapa peristiwa yang uum alami mengkonfirmasi semua itu.
Suatu hari saat mau pulang dari kampus, uum akan menyebrang jalan Margonda seperti biasa. Saat itu uum pulang sendiri. Di samping kiri uum ada seorang perempuan. Dia terlihat sangat percaya diri. Mungkin baru pulang kerja. Awalnya uum ragu untuk menyebrang, karena tidak seperti biasanya, Jalan Margonda agak lengang, sehingga motor dan mobil dapat lalu lalang dengan bebas. Tapi daripada tidak sampai sama sekali dan bertahan lama di Jalan Pocin tersebut, mau tidak mau uum harus menyebrang. Patut dicatat, uum menyebrang menggunakan zebra cross. 
Uum menunggu sampai jalan sedikit lebih sepi sehingga ada jalan untuk uum menyebrangi jalan tersebut. Ketika sudah sepi, uum-pun berjalan menyebrangi jalan tersebut menuju ke pembatas tengah jalan. Perempuan tersebut juga mengikuti uum. Tepat saat uum kira-kira 1 meter lagi sampai di pembatas jalan tersebut, dari sebelah kanan, motor kencang banget bergerak ke arah uum, sumpah, uum takut banget mikir uum akan ketabrak dan mati saat itu juga. Yang ada dipikiran uum saat itu "aku belum siap untuk mati." Kaki uum bergerak terus menuju pembatas jalan dan tiba-tiba BRAKKK, motor tadi menabrak perempuan yang ada di sebelah kiri uum tadi.
Rupanya uum terlalu fokus pada sebelah kanan uum hingga uum lupa melihat si mbak yang ada di sebelah kiri uum. Uum juga terlalu kaget dengan kehadiran si motor dan fokus menyelamatkan diri. Uum bener-bener kaget. Uum nyampe di pembatas tengah jalan dengan selamat tanpa luka. sedangkan si mbak terjatuh dan sepertinya terlempar.
Beberapa menit uum enggak bisa bergerak. Shock banget rasanya. Tidak ada satupun orang yang bergerak menolong si mbak itu. Selang 5 menit, si mbak dan si pengemudi motor yang terjatuh bangkit. AJAIB si mbak bangkit seperti tidak terjadi apa-apa tanpa lecet sama sekali (sepertinya). Si mbak hanya memaki pengemudi sepeda motor yang kabur setelah berhasil mendirikan kembali sepeda motornya.
Setelah uum berhasil mengatasi kekagetan uum, bukannya mendatangi si mbak tadi, uum lanjut menyebrang jalan. Si mbak masih sibuk membersihkan celananya( di tengah jalan). Saat itu uum teringat, satu bulan sebelumnya juga uum pernah hampir melewati begitu saja rel kereta  yang beberapa detik lagi akan di lintasi oleh KRL, pernah juga kejadian saat angkot yang uum tumpangi menuju rumah adek hampir di tabrak Bus, dan beberapa kejadian serupa di Jalan Margonda. 
At that momment, I reallize, the word "ready", "not afraid" in the paragraph before, I don't really mean it. I don't really ready to die. I don't really not afraid of dying. I can't really face it.
Uum baru sadar, uum tidak siap. uum belum bilang sama ayah dan mama kalau uum sayang banget sama mereka. uum belum nanya sama adek-adek uum apa uum udah jadi kakak yang baik apa belum. uum belum bilang ke "dia" kalau uum suka banget sama dia. uum belum bilang ke temen-temen uum kalau uum bahagia banget udah kenal sama mereka.
Uum takut kalau setelah mati uum malah meninggalkan kesulitan bagi semua orang. Uum takut kalau nanti ternyata keluarga uum belum siap dengan meninggalnya uum. Uum takut ada yang bersedih terlalu lama setelah uum meninggal. Takut banget.
Dari situ uum berkesimpulan Uum ga boleh mati dulu. Banyak hal yang uum ingin lakukan dan harus uum lakukan. Dan akhirnya teman, pikirkanlah sekali lagi sebelum kau ingin mati. Sebelum kau ingin bunuh diri. Pikirkanlah. Apakah mati adalah jalan terbaik? Apakah dengan mati kau akan menyelesaikan segalanya? Ingat ada kemungkinan kau tidak mati setelah bunuh diri. :D
Selamat berpikir :D

Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.