Hinata Umi's Work

[ARTIKEL] Hafizh Qur'an Membawa Orang Tuanya ke Surga, Benarkah?

Dalam dua sampai tiga tahun belakangan aku banyak membaca premis, "Orang tua yang memiliki anak pengahafal Al-qur'an akan memiliki baju kemuliaan di surga terpatri untuknya." Kalimat ini semakin santer ketika ajang hafizh-hafizhah di televisi muncul. Apalagi Hafizh cilik. Siapa yang tak kenal Umar? 

Tapi, rasanya ada yang tak masuk akal. Orang tua brengsek, membunuh, menyekutukan Tuhan, dan berbuat syirik. Jika mereka memiliki anak seorang penghapal Qur'an, lantas mereka auto-surga? Rasanya cara kerjanya tidak seperti itu. Karena kalau iya, maka orang tua Nabi Ibrahim yang pembuat patung pastilah memiliki jaminan surga. Tapi bukankah nyatanya tidak?

Lalu, apa penjelasan logisnya? Bagaimana mungkin seorang anak yang hafizh/hafizhah mampu membawa orang tuanya ke surga sedangkan dari mereka tak ada didikan menuju kesana yang terlimpah?

Lalu aku ingat bahwa yang namanya ayat Alqur'an dan hadist tidak bisa kita baca lalu kita ambil artinya secara harfiah. Maka aku membaca sedikit lebih jauh tentang ini. Agar tidak salah kaprah.

Jadi, setelah membaca apa yang aku dapat? Ternyata benar, kita tidak dapat mengambil makna hadist ini secara harfiah. Kata hafizh dalam bahasa Arab ternyata tidak hanya bermakna "penghapal" atau "orang yang menghapal" saja. Kata Hafizh juga berarti "memahami", "memaknai". Bahkan dalam definisinya berdasarkan ikhtisar para ulama, hafizh tak hanya harus menghapal dan memahami saja ayat Al-Quran yang dihapalnya. Tapi juga harus tercermin dalam perbuatannya sehari-hari. 

Maka dari situ saja. Sudah terlihat jelas beratnya beban para penghapal ini. Hapal saja tidak cukup. Ia masih harus mampu memaknai,mendalami apa yang ia hapal. Untuk membuatnya tambah sulit lagi, seorang penghapal juga harus mencerminkan apa yang ia hapal ke dalam bentuk tingkah laku dan amal perbuatannya sehari-hari. 

Lalu, masih belum melihat hubungannya denga menarik orang tua ke surga?

Seorang penghapal yang hapal, paham dan terwujud hapalannya dalam amal perbuatannya tentu tahu, seberapa keras Al-Quran dan Al Hadist memerintahkan manusia untuk menyebarkan kebaikan serta ilmu islam dan sebaik-baiknya penerima adalah keluarga terdekat. Bahwa jika ada keluarga kita yang berbelok atau melenceng dari ajaran agama islam, terutama orang tua, maka kita sebagai anak adalah orang pertama yang akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat nanti?

Maka, dari sini bisa kita tarik garis besar bagaimana seorang penghapal mampu menarik orang tuanya ke surga. Dengan cara memberikan ilmu, memperingatkan, mengajari, membantu orang tua untuk mengenal, dan memahami islam.

Lalu, bagaimana dengan anak yang orang tuanya sudah baik dari sananya? Hafizh itu punya kemungkinan untuk mendapat syafaat di akhirat kelak. Wallahu alam. Syafaat yang mampu kuterima saat ini adalah syafaat dalam bentuk didikan dan syiar ilmu islam. Syafaatnya mampu menolong banyak orang. 

Maka bukankah tidak ada yang lebih baik daripada ilmu yang bermanfaat?

Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.