Wahai...
"akankah ada kita?" Tanyaku padamu,
lalu kau jawab tak tahu.
"Akankah ada kita?" Tanyaku padamu,
lalu kau jawab dengan mungkin.
"Akankah ada kita?" Tanyaku padamu,
lalu kau jawab dengan bisa jadi.
"Akankah ada kita?" Tanyaku padamu,
lalu kau jawab dengan anggukan lemah.
"Akankah ada kita?" Tanyaku padamu,
lalu kau jawab dengan diammu.
"Akankah ada kita?" Tanyaku padamu,
lalu kau jawab dengan menjauh.
"Akankah ada kita?" Tanyaku padamu,
lalu kau jawab dengan menghindar.
"Akankah ada kita?" Tanyaku padamu,
dan kau pun menghilang dari pandanganku.
Wahai cinta...
apakah kau tahu apa itu rindu?
Aku ingin sekali mengenal arti kata itu. Sedikit saja kuingin paham bagaimana rasanya. Bagaimana rupanya.
Cinta..
tahukah kau bagaimana aku mengatur rindu? Tahukah kau rasa rindu seperti apa yang kurasakan padamu? Ataukah kau tak ingin tahu?
Lelap malam tak mampu membuatku juga lelap
Lelah, aku tahu tubuhku minta untuk diistirahatkan
Tapi otak dan hatiku tak lagi mau berkompromi dengan tubuhku yang sudah lelah
Katakan aku renta, tak apa
Karena aku tahu, fisik ini memang akan renta
Sebenarnya, banyak yang ingin kuceritakan padamu. Tapi terkadang, mulut ini terkunci. Melihat wajahmu saja rasanya sudah cukup untuk membuyarkan seluruh kata dan tanya yang telah kususun berhari-hari lepas untukmu. Entahlah, aku sendiripun tak paham dengan apa yang terjadi. Wajahmu, sungguh, membuyarkan segalanya.
Segala inginku, mimpiku, citaku. Semuanya buram kala melihat senyum sendu di wajahmu.
Detik ini, saat ini, apakah yang sedang kau lakukan? Terdiamkah? Membacakah? Bersedihkah? Menunggukah? Tak apa, tak apa jika kau melakukan itu semua. Saat ini, di sini, aku menuliskan pesan padamu. Menuliskan sebait ingin di antara beribu inginku yang kutahan.
Wahai gadis tangguh pembahagia hati-hati yang bersedih, tahukah kau, kali ini, di saat ini, aku sedang sangat bersedih. Bersedih karena cintaku tak dapat kuraih dengan mudah. Tapi... itu tak apa bukan? Bukankah cinta memang seperti itu? Sulit untuk diraih agar ketika kau mendapatkannya kau menjaganya sepenuh hatimu?
Banyak hal di dunia ini yang sangat ku benci. Terlepas dari kehidupanku yang membahagiakan dan selalu dimudahkan oleh Allah. Aku benci dengan pemikiran negatifku yang selalu muncul di saat yang tidak tepat. Aku benci dengan orang-orang di sekelilingku yang sepertinya selalu iri dengan kehidupanku yang dimudahkan. Aku benci dengan sifat-sifat burukku. Tapi, dari itu semua, hal yang paling aku benci adalah berada dalam posisi tidak berdaya. Tidak dapat berbuat apa-apa.
Dulu, aku pernah berada dalam kondisi ini. Kondisi ketidakberdayaan melawan orang-orang yang mem-bully-ku. Waktu SD. Tak urung berkali-kali mama berkata padaku untuk melawan mereka, tapi yang terjadi? Aku malah semakin takut untuk melawan. Semakin menjadi pendiam. Semakin membiarkan mereka merajalela. Pukulan, cubitan, tendangan, ancaman. Sudah menjadi makanan sehari-hariku. Aku terbiasa dengan tidak dapat berbuat apa-apa.