Untuk ke-delapan sahabatku :D
Malam ini, seperti biasa, aku kembali merendahkan diriku di hadapan-Nya untuk sekedar bercerita dan bercurah hati. Tak ada lagi yang mau mendengarkan ceritaku selain-Nya. Tidak ada lagi yang mau mendengarkan candaku selain-Nya. Tidak ada lagi yang mampu menyimpan rahasiaku lebih baik dari-Nya.
Hari ini aku sungguh resah. Sungguh banyak pertanyaanku yang tertanam di benakku. Akhirnya aku menceritakan juga kegundahan ini pada-Nya.
"Allah, bolehkah hamba bertanya padamu, mengapa engkau menjauhkan hamba dari mereka? hamba sungguh tak sabar dengan cobaan ini. Hamba sungguh tak tahan dengan rasa sepi yang tiap hari mendera hati ini. Hamba telah jauh dari orangtua dan adik-adik yang sangat hamba cintai dan kini hamba juga jauh dari mereka yang menjadi tempat hamba menghilangkan rasa sepi ini. Bolehkah hamba tahu ya Allah? " Tangisku terisak mengingat satu-persatu wajah mereka.
Dia serasa menyentuh pundakku dan swushhhh... beban berat di pundak ini hilang berganti dengan keringanan yang tiada tara. Lalu dia menjawabnya langsung ke hatiku.
" bukankah ada Aku? Aku begitu dekat denganmu, aku bahkan ada di setiap hembusan nafas yang kau hirup, aku bahkan ada di setiap detak jantungmu, Aku bahkan ada di dalam setiap lembaran DNA-mu. Mengapa kau merasa kesepian?"
wuussssshhhh... rasa sepi itu juga menghilang berganti dengan rasa bahagia yang teramat sangat.
" mengapa kau bertanya padaKu? bukankah kau yang memilih untuk menjauh dari mereka?" tersentak aku mendengar pertanyaan ini. Ya, aku yang memilih untuk menjauh.
" Apa alasanmu saat melakukan ini?"
" Hamba ingin mereka bahagia ya Allah. Hamba tidak ingin mereka sedih, kecewa, sakit, terluka, apalagi sampai meneteskan air mata karena hamba."
" Lalu? Apakah setelah menjauhi mereka, mereka terlihat lebih bahgia?"
" Ya, mereka terlihat bahagia. Tersenyum dengan riang, bercanda dengan bebas, makan bersama, tertawa bersama, bahagia bersama. Tidak merasa terbebani lagi." Aku tersenyum membayangkan wajah-wajah mereka yang ku lihat dari jauh saat makan siang, mengerjakan tugas dan saat mereka melakukan hal lain bersama.
" Dan kau? Apakah kau merasa bahagia?"
" Sejujurnya ya Allah, hamba merasa bahagia ketika melihat senyum-senyum itu terkembang. Yang sering sekali hilang saat ada hamba disana. Tapi, hamba sangat merindukan mereka. Rindu sampai hamba tidak dapat berpikir. Rindu yang membuat hamba mencari kesibukan disana dan disini agar tak terus terkenang dengan mereka. Rindu yang membuat hamba selalu mencari cara agar dapat mengetahui keadaan mereka. Rindu."
" Apakah kau ingin bersama dengan mereka?"
" Jika hamba boleh egois. Ya! hamba sangat ingin bersama mereka. Sagat ingin! Tapi hamba tidak boleh egois kan?"
" Kau tidak perlu bersedih. Aku sudah merencanakan semuanya dengan matang. Cobaan ini jika kau tidak dapat melewatinya dengan benar, kau tidak akan pernah dapat mengerti sahabat itu apa. Kau tidak akan pernah tahu siapa yang berharga bagimu dan siapa yang tidak berharga bagimu. Kau tidak pernah akan tahu siapa yang menjadikanmu benar-benar bagian dari hidupnya dan siapa yang tidak. Kau tidak akan pernah tahu siapa yang sangat menyayangimu seperti kau menyayangi mereka dan siapa yang tidak. Siapa yang akan mempertahankanmu dan siapa yang tidak. Dan yang paling penting, Kau akan tahu siapa dirimu sebenarnya dan seperti apa dirimu, serta siapa mereka sebenarnya dan seperti apa mereka. La tahzan umroh, La tahzan, Aku selalu bersamamu dalam setiap langkah, detak jantung dan hembusan nafasmu."
" Kau pasti bisa melewati semua ini!! PASTI! Pertahankan apa yang kau punya dan perkuat ukhuwahmu dengan mereka!!"
Tiba-tiba rasa lega yang sangat memenuhi diriku. Aku harus percaya dengan janji Allah. HARUS!!
Tags:
cerita fiktif
1 komentar
karna kita 1 DNA, kayaknya perasaan kita sama yaa kak hehehe
BalasHapusApa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.