Hinata Umi's Work

DELETE, Kisah 3


Cerita sebelumnya, DELETE, Kisah 2

Kucing itu mengelus kembali kaki Rina. Rina tersentak dari lamunannya. Gadis itu menarik nafasnya dalam.
Balon ini, seperti membuatku berpikir ingin membuat mereka hilang selamanya.

Sebenarnya kalau dipikir-pikir, banyak sekali ya hal yang paling ingin kuhapus dalam hidupku ini. Tidak pernah rasanya aku rasakan kebahagiaan. Seperti yang dirasakan oleh teman-temanku yang lain. 

Ayah yang kejam seperti itu, walaupun ia hanya ayah angkatku, tapi tetap saja niat bejatnya dahulu membuatku tak mampu untuk melupakan setiap detik yang kulewatkan bersamanya dalam ketakutan. 

Mantan pacar yang menyelingkuhiku dengan sahabat terbaikku. Sahabat yang paling kupercaya tetapi berkhianat dan berpacaran dengan mantan pacarku. Hahaha. 

Belum lagi teman-teman yang menjahatiku. Ibu? Ibu seperti apa yang membayar hutangnya menggunakan anak gadisnya. Apa sih sebenarnya salahku? Kenapa harus aku?
Rina menghela nafas sekali lagi. Air matanya menetes. Dia memandang sayu ke kucing di depannya. Jalan raya yang semakin lengang. Ia menatap langit. Ia tak melihat apapun. Bintangpun tak terlihat. Mereka kalah oleh gemerlapnya lampu ibukota.

Sudah malam begini kenapa dia belum nyampe juga ya...

Rina berbalik. Gadis itu menatap kegelapan malam melalui pantulan sungai di hadapannya. Gadis itu melihat kucing kecil di sampingnya berjalan menuju sungai tersebut dan menjilati airnya.

Hahaha.. sepertinya dia kehausan.

Tiba-tiba hujan deras turun. Rina kaget bukan main, segera dia bangkit. Namun, berdirinya yang tiba-tiba, membuatnya tak menyadari keberadaan seseorang. Dengan sangat ceroboh, ia menabrak seseorang yang sedang membuka payung.

“Eh... maaf.. maaf..”

Rina mengucapkan kata-kata itu dan berusaha menghindari hujan yang semakin deras tetapi tertahan. Tangan lelaki itu menahan tubuhnya tetap di tempat.  Sementara kucing kecil tadi sudah berlari ntah kemana.

“Rina... jangan bergerak ntar kamu kena hujan loh!!” Lelaki itu menatap Rina dalam. Rina berbalik dan begitu menyadari siapa yang ada di sampingnya, Rina langsung memeluk lelaki itu.
“Mas Radit!! Kenapa lama sekali sih? Aku sudah kangen banget sama kamu!” Rina tersenyum manja pada lelaki itu.
“Kamu ini... baru juga ditinggal sebentar.” Orang yang disebut Mas Radit oleh Rina mencolek hidung istrinya itu.
“Yah aku kan sudah bosen menunggumu mas.”
“Udah ah.. ayo kita pulang. Sebelum kita basah kuyup nih.”
“Iya mas. Ayo!!” Rina dan Radit berjalan menuju ke rumah mereka.

Kalau diingat kembali, hidupku tidak sebegitu buruknya. Ada mas Radit di setiap perjalanan hidupku. Rina menatap kembali balon “DELETE” tersebut.

Kalau aku menghapus kejadian itu dari hidupku, kejadian di mana mama memberikanku kepada rentenir itu untuk membayar hutangnya, aku tidak akan pernah bertemu dengan mas Radit. Mas Raditlah yang menolongku kabur sebelum Rentenir itu berhasil menyentuhku. Itulah pertemuan pertamaku dengan mas Radit.

Mas Radit jugalah yang menolongku saat aku ingin bunuh diri karena melihat pacarku berselingkuh. Rina ingat kembali, kejadian malam itu.

* * *

Malam itu, setelah Rina menampar wajah mantan pacarnya itu Rina berlari keluar ruangan itu menuju ke jalan. Rina menangis sejadi-jadinya.

Lelaki jahat. Lelaki kejam. Kenapa kalian melakukan itu padaku. Kenapa? Kenapa kalian harus melakukan semua ini?

Rina menatap ke jalan besar. Sebuah truk akan segera melewati jalan itu.  

Tidak ada gunanya lagi aku hidup. Tidak ada gunanya lagi. Lebih baik aku mengakhiri saja hidupku.

Gadis itu berjalan dengan gamang menuju jalan tempat truk itu akan melaju. Tepat ketika tubuhnya akan menyentuh truk itu, sebuah tangan menarik tubuhnya ke pinggir.

"Kamu tidak apa-apa? Hampir saja..." Rina membuka matanya. Dilihatnya lagi pria yang menyelamatkannya dari percobaan bunuh diri itu. Dari mata pria itu tersirat kecemasan.
"Tidak. Aku tidak apa-apa. Kenapa kamu bisa ada di sini?" Rina lupa akan perasaan sedihnya.
"Tadi kebetulan aku lewat, lalu aku melihatmu menyeberang jalan dan tidak melihat truk itu."
"Terima kasih, mas Radit." Rina tersenyum. Lalu, pria yang bernama Radit itu mengantarnya pulang.

* * *

Yah... dan kejadian terakhir ialah kejadian di mana papa ingin memperkosaku sekali lagi... 

Rina kembali teringat saat itu, saat terpahit sekaligus paling manis dalam hidupnya.

* * *

"Pa... Jangan pa.... TOLONGGGG!!!!!!"
"Ah... diam kamu!! Sudah biasa juga!!"
Terdengar suara pintu yang di dobrak dari luar. 
"Hei!! lepaskan gadis itu, dasar Tua bangka." Seorang lelaki muncul dan langsung memukul wajah pria di hadapan Rina yang sedang sesenggukan. Polisi datang dan menangkap pria tua itu.
"Kau tidak apa-apa dik?" Rina menggeleng.
"Darimana mas tahu saya..."
"Sudahlah... tak usah di bahas lagi. Aku sudah lama mencurigai kehidupanmu, sejak membantumu kabur waktu itu. Aku khawatir selalu terhadapmu."
"Maafkan aku..."
"Dik, mulai saat ini, aku tidak ingin khawatir lagi padamu. Maka dari itu, menikahlah denganku, insyaAllah, kucukupkan semua kebutuhanmu, lahir dan bathin. InsyaAllah, Akan kulindungi dirimu dari segala hal yang membuatmu merasa tak aman. InsyaAllah, akan kuberikan seluruh hidupku untuk mencintaimu karena Allah."
"Tapi aku.."
"Aku tidak perduli dengan keadaanmu dik. Allah selalu membuatku teringat padamu. Inilah jalan jodohku. Aku mencintaimu dengan segala kekurangan dan kelebihanmu karena Allah. Maka dari itu, menikahlah denganku karena Allah juga, dik. Bersediakah kau menikah denganku???"
"Aku bersedia mas... aku bersedia..." Rina menangis menahan haru dan bahagianya. Terlupakan sudah olehnya rasa takut atas apa yang baru saja menimpanya.

* * *
"Rina... istriku, kenapa kamu senyum-senyum sendiri?"
"Aku teringat masa lalu yang membuatku bertemu denganmu, mas." Rina tersenyum bahagia.
"Jadi ceritanya kamu udah bisa menerima kenyataan atas kenangan buruk itu?"
Rina mengangguk. "Yah... jika aku tidak mengalami semua kejadian itu, aku tidak akan pernah berjumpa dan menikah denganmu mas."
"Baguslah kalau begitu." Radit mengencangkan rangkulannya pada pinggang gadis yang sangat ia cintai dan sudah menjadi istrinya itu.

Rina menatap kembali balon di tangannya. 

Aku tidak memerlukanmu. Aku bahagia karena aku memiliki masa lalu seperti itu. Karena Allah memberikanku jodoh terbaik sepanjang masa. Dan semua itu terjadi karena semua masa lalu itu. :)

"Karena ada saat dimana kau ingin segalanya ingin kau hapus atau saat di mana sebuah kejadian sangat ingin kau ulangi dan memperbaikinya."
 "Dan syukurilah apa yang telah terjadi di kehidupan masa lalumu, Karena tanpa itu semua, kau bukanlah dirimu yang sekarang."

Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.