Hinata Umi's Work

[ARTIKEL] CMN #2b: Bermain Dengan Struktur Plot

cara menulis novel


Hari ini kita lanjut materi mengenai alur dan plot. Kemarin kita sudah belajar gimana caranya membuat plot yang dinamis (Cek di sini: Cara Menulis Novel: Membuat Plot yang Dinamis). Nah, plot yang dinamis ternyata tidak akan bagus jika tidak dibarengi dengan susunan, struktur atau kerangka plot yang benar. 

Sebelum kita lanjut ke kerangka-kerangka pembuatan plot tadi, kita harus tahu dulu, dong, apa maksud dari kerangka plot (plot framework) dan kenapa kita butuh kerangka plot dalam menyusun cerita kita?

Apa itu Kerangka Plot (Plot Framework)?

Kerangka plot adalah tulang atau struktur utama penyusun cerita kita. Plot merupakan rentetan kejadian atau adegan yang mendukung cerita agar menjadi cerita yang utuh. Stories Structure atau Plot Framework adalah pola dari kejadian-kejadian atau adegan-adegan itu muncul di dalam cerita. 

Kita bisa menganalogikan Plot Framework seperti lemari kosong yang sudah memiliki label. Setiap adegan yang muncul di dalam cerita akan kita masukkan ke dalam label-label yang sesuai dengannya.

Kenapa Kita Membutuhkan Kerangka Plot (Plot Framework)?

Jika ditanya soal butuh atau tidak, atau kenapa kita butuh atau tidak, maka jawaban Umi adalah tergantung. Kenapa tergantung? Semua teknis kepenulisan yang tercatat di dalam buku apapun ada untuk mempemudah penulis menemukan gaya tulisnya sendiri, ciri khasnya. 

Maka, cara termudah untuk teman-teman penulis yang baru memulai karirnya adalah dengan mengikuti pola atau lemari tertentu yang sudah digunakan oleh beberapa penulis lainnya. 

Jenis-Jenis Kerangka Plot

Kita udah tahu apa itu plot framework, kita juga sudah tahu mengapa kita membutuhkannya. Sekarang, saatnya kita mempelajari ada apa aja, sih, jenis-jenis plot framework yang dikenal dan digunakan umum oleh para penulis terkenal. 

Tadi, Umi sempat menganalogikan tentang bahwa plot framework berbentuk seperti lemari kosong yang sudah memiliki label. Nah, susunan dari label-label itu bisa beda-beda.

Sebelum Umi masuk ke jenis-jenis dari plot framework, Umi bakal jelasin dulu ada label apa aja yang bisa kita susun ke lemari utama kita.

Let's check it out!


  • Exposition: Pada bagian ini, penulis mengenalkan tokoh, setting, dan detail latar belakang yang perlu diketahui pembaca tentang cerita.
  • Call-To-Action: Setelah pembaca tahu semua latar belakang yang dibutuhkan, tokoh utama akan 'dipaksa' atau mendapatkan 'perintah' untuk meninggalkan tempat hidupnya.
  • Rising Action: Di sini, cerita akan bergulir adegan-adegan yang terarah dan disusun menuju konflik utama dari cerita yang kita gunakan. Kalau ibarat main game, nih, kita lagi grinding biar makin kuat untuk menghadapi last boss.
  • Crises: Yah, seperti namanya, isinya tentu adalah krisis. Di sini cerita akan berasa banget cerita makin naik tensinya. But, inget, krisis ini hanya akan terasa normal jika dan hanya jika ada Rising Action yang mendahuluinya.
  • Climax: Di sini krisis yang dialami oleh karakter mencapai puncaknya. 
  • Falling Action: Perlahan adegan-adegan yang disusun mencapai titik penyelesaian. Semua pertanyaan-pertanyaan yang muncul di dalam cerita terjawab.
  • Journey Home: Tokoh utama pulang ke dunia asalnya setelah perjalanan/pengalaman panjang.
  • Resolution: Akhir dari cerita, di sini ada pemahaman dan dunia baru yang terbentuk. Entah dunia yang damai, atau malah sebaliknya.


Setelah kita mengetahui label-label apa saja yang dapat kita tempelkan di rak-rak lemari kita, kini saatnya menempatkan label-label itu mengikuti contoh dari para penulis kece. Yuk, lihat apa saja bentuk lemari-lemari mereka!

3-act Structure

Ini adalah struktur pertama yang kita kenal. Struktur ini pertama diperkenalkan waktu kita jaman sekolah dulu. Apakah masih ingat?

Sebuah cerita terdiri dari tiga bagian utama: Introduction, konflik, dan penutup. tiga bagian inilah yang diusung oleh 3-act structure.

First Act - Setup, Exposition, Call-To Action
berisi semua penjelasan dunia, karakter, lingkungan dan sejenisnya yang akan mendukung cerita kita ke depannya. Penting untuk mengenalkan cara pandang tokoh utama mengenai tujuannya di sini.

Second Act - Confrontation, Rising Action, Crises, Climax
Di sini kita mulai diperlihatkan konflik dari cerita. Penting untuk menunjukkan tujuan dan halangan dari tokoh utama kita di bagian ini. (Termasuk di dalamnya tokoh antagonis).

Third Act - Resolution, Falling Action, Journey Home, Resolution
Seperti namanya isinya, ya, tentu saja, penyelesaian dari konflik. Entah tokoh utama berhasil mencapai tujuannya atau dia mendapat tujuan lainnya. Entah Tokoh utamanya meninggal tau dia melanjutkan hidupnya dengan hal baru.

Mungkin banyak yang penasaran, siapa-siapa aja, sih, penulis yang memakai struktur ini?

Buanyak tuenan loh gengs!

JK Rowling di cerita Harry Potter (setiap buku, loh, ya) memakai struktur ini. Kita selalu diperkenalkan di awal dengan kondisi di sekitar Harry dan keadaan terbaru Harry. Lalu, di tengah kita akan disuguhkan masalah-masalah atau bahkan krisis yang Harry hadapi dengan dunia barunya. Terakhir, kita disuguhkan gimana Harry Potter menyelesaikan itu semua.  

Bahkan, struktur-struktur yang muncul setelah ini, menggunakan formula dasar yang hampir sama. Siapa aja penulis yang pakai struktur ini? J.K. Rowling di buku pertama Harry Poter, cerita-cerita dari Brother's Grimm (Iya, kisah para Disney Princess juga masuk), Tere Liye di Rindu, Rebulan Tenggelam Di Wajahmu, dan Serial anak-anak Mamak. Serta banyak buku lainnya.


Hero's Journey

Struktur ini biasanya dipakai di cerita superhero, The Chosen One, atau cerita-cerita petualangan. Ini hanya versi sederhana dari Hero's Journey, susunannya kira-kira terdiri dari: Intro, Departure, Initiation, Return

Kalau kita kaitin sama label-label kita di atas, maka:

Intro - Exposition

Departure - Call-to-action, Series of Rising Action

Initiation - Crises, Climax, Falling Action

Return - Journey Home, Resolution

Bisa baca lebih lanjut dan lengkap di Website Well-Storied.

Tentu saja hampir kebanyakan cerita bergenre fantasi, cultication dan adventure, memakai struktur ini.

Maka, buku-buku seperti Narnia Chronicles, Artemis Fowl, Harry Potter, Batemeaus Trilogy, serial bumi-bulan-matahari, memakai struktur ini.


Fichtean Curve

Tanpa introduction, cerita dengan struktur Fichtean Curve langsung masuk ke konflik. Karena inilah, struktur ini banyak digemari oleh pembaca-pembaca muda.

Susunan label dari struktur ini adalah series of rising Action dan crises, climax, diakhiri dengan Falling Action.

Kalau teman-teman pernah membaca 13 Reasons Why, The Girl on the train, Raindrop Serenade, tiga buku ini, menggunakan struktur ini, loh. Oh, iya,  buku-buku bergenre thriller, kriminal dan misteri juga memakai struktur ini.


In Media Res

Nah, struktur satu ini, sering dipakai tanpa sadar oleh banyak penulis jebolan Wattpad atau platform online.

Struktur cerita selalu dimulai dari krisis. Bukan sembarang krisis, loh, ya. Krisis yang mengawali cerita adalah krisis yang seharusnya ada di tengah kalau kita mengikuti struktur sebelum-sebelumnya.

Susunannya kira-kira: Middle Crisis, Crisis, Flashback, Climac, Falling Action dan Flashback, Resolution.

Jadi, kita mulai di tengah cerita tepat ketika masalah lagi di puncak-puncaknya, lalu kita flashback ke alasan kenapa krisis itu terjadi. ini terus berulang, hingga mencapai klimaks. Lalu, mulai Falling action, dan lagi, flashback. Dan akhiri dengan Resolution.

Cerita apa yang pakai struktur ini? 
Yang udah pernah Umi baca ada dua: Adham T. Fusama di Surat Dari Kematian, dan Tere Liye di Ketika Rembulan Tenggelam Di Wajahmu.

Temen-temen nanti bisa nambahin ya, di bawah~
Udah tahu struktur-struktur cerita yang sering dipakai, terus gimana nyusunnya supaya jadi plot yang utuh?

Biasanya saat akan menulis, kita punya kumpulan adegan-adegan untuk menyusun cerita, bukan?Adegan-adegan itu kita rapikan dan susun ke raknya masing-masing. 

Gustav Freytag

Di luar negeri, struktur ini diajarkan untuk anak usia SD. Secara sederhana susunan dari cerita ini mirip dengan 3-act-structure, bedanya hanya bentuk dari kurva konfliknya. di struktur ini, konflik selesai tepat di di tengah buku.

Exposition, Rising Action, Climax, Falling Action, Resolution.

Struktur satu ini, sangat baik digunakan untuk cerita-cerita anak. Untuk orang dewasa, kebanyak struktus seperti ini berpotensi membuat pembaca berhenti di tengah cerita.

Kisah-kisah dongeng dan Fabel biasanya menggunakan struktur ini.

Romance Structure

Persis namanya, gak perlu ditanya lagi dia dipakai di mana wkwkwkwk.🤣🤣🤣 Ini biasanya struktur yang dipakai di novel-novel atau cerita romansa. 

Susunan dari struktur satu ini kira-kira:
1. Cute meet/ugly meet: Exposition
2. Point of No return: Call-to-action, Rising Action
3. Darkest Momment: Crises, Climax
4. Happy for Now/Happily ever After: Falling Action, Resolution

Kalau lihat susunan labelnya, agak aneh karena gak ada 'Journey Home'. Journey Home ini biasanya dipakai jika tokoh utama cerita melakukan perjalanan, dengan kata lain pemakaiannya bersifat optional. Apakah ada cerita seperti ini? Ada, Coba baca Lolita karangan Vladimir Nabokov atau Me vs The World karangan Stanley Mullen. Di kedua buku itu, tokoh utamanya, melakukan perjalanan 'pulang'.

Sebenarnya, masih banyak lagi struktur/kerangka penyusunan plot yang bisa kita ikuti. Kalian bisa mencarinya dengan kata kunci Plot Structures. Tulis di komentar apa yang kalian temukan, ya!

Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.