Hinata Umi's Work

[ARTIKEL] CMN #2a: Membuat Alur yang Dinamis

cara menulis novel




Apa itu Kerangka Karangan?
Outline/kerangka karangan itu gampangnya cetak biru sebuah cerita. Kalau kamu mau bangun rumah biasanya kita bangun pondasi, kan? Kalau pernah lihat daleman hape, juga ada kerangkanya, kan? Seperti itulah kerangka cerita, dia berguna sebagai pondasi dari cerita kita.

Kenapa Kerangka Penting?
Sebenarnya, kerangka tidak penting-penting amat untuk penulis yang biasa nulis secara spontan. Tapi, biasanya orang yang nulis dengan menggunakan/membuat outline terlebih dahulu, akan membuat cerita yang:
  • Minim plothole,
  • Cerita lebih terarah dan tidak melebar, dan
  • Karakterisasi yang lebih solid

Cerita tanpa kerangka biasanya suka ngalor-ngidul. Akibatnya, secara kualitas cerita jadi 'kosong'. Banyak adegan-adegan sempilan yang tidak berguna di akhir cerita. Hal ini juga diperparah dengan karakter yang 'harusnya' bisa solid jadi tidak cukup untuk memukau pembaca.

Terus, Bagaimana Cara Membuatnya?
Ada banyak teknik yang bisa kita pakai, dan tidak ada pakem tertentu yang harus kita ikuti. Semuanya, kayak skincare, tergantung kecocokan kita. Berikut ini beberapa yang Umi temukan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Metode Sinopsis
  • Metode In-depth
  • Metode Snowflake
  • Metode Bookend
Mari kita rinci satu persatu, bagaimana cara melakukannya mengikuti keempat metode di atas.

A. Metode Sinopsis
Kayak namanya, metode ini dilakukan dengan menggunakan sinopsis. Kita sebagai penulis dituntut untuk bisa menjabarkan secara rinci bagaimana cerita kita akan berjalan secara lengkap jika menggunakan metode ini.

Apakah kalian pernah membuat sinopsis sebelumnya? 

Jika di antara teman-teman sekalian ada yang tertarik menggunakan metode ini, ada beberapa hal yang harus kita cantumkan di dalamnya. Berikut panduannya:
  1. Introduction: siapa protagonis cerita, siapa antagonis cerita, dan apa masalah utama mereka,
  2. Isi dan konflik: perkembangan masalah hingga protagonis dan antagonis bertabrakan, dan
  3. Resolution dan penutup: bagaimana masalah selesai dan bagaimana nasib dari protagonis-antagonis.


FYI, ketika kamu menawarkan naskah romansa atau RTS metode sinopsis adalah metode yang paling disenangi penerbit.

B. Metode In-Depth
Ini agak lebih sulit dari metode sinopsis. Umi sudah dua kali bikin kerangka menggunakan proses ini, selalu tersesat. Ahahaha.

Seperti namanya, kita akan membuat kerangka yang super dalam. Menggunakan metode ini, kita diminta untuk mengenal karakter, dunianya, goalnya, motifnya, semuanya tentang cerita itu. Kita dipaksa untuk memahami terlebih dahulu apa yang kita tulis, baru menuliskan ceritanya ke dalam bentuk cerita yang utuh. Metode ini paling cocok digunakan untuk cerita-cerita fantasi, sci-fi, dan sejenisnya. Terutama, kalau kalian lagi membangun cerita berseri sampe season infinity.

Prosesnya bagaimana? Kalau mau pake metode in-depth, ada empat langkah yang harus dilakukan:
  1. Cari ide: oya, jelaslah, tidak mungkin menulis tanpa ide, ye, kan?
  2. Ciptakan Karakter: bangun karakter yang ingin kamu tulis. Singkatnya, buat tabel karakternya.
  3. Cari What-if: Kamu udah punya ide, udah punya tabel karakter. Sekarang, cari celah yang bisa kamu tulisin dari karakter kamu.  Kalau kita ambil contoh dari kisah Harry Potter, what-if Harry malah bersekutu dengan Voldemort?
  4. Susun adegannya: di sini mulai, deh, bikin ceritanya. Tulis adegan per adegan.


Potensi masalah dari metode ini adalah kadang kita terlalu asyik membangun dunia, membangun karakter, dan mengumpulkan what-if hingga seringnya lupa melakukan poin keempat, yaitu menyusun adegan. Inilah yang tadi Umi sebut dengan tersesat. Hahahah.

C. Metode Snowflake
Kayak namanya, metode ini persis kayak pembentukan keping salju. Pernah lihat proses air berubah jadi salju? Pertama membeku sedikit, lalu menyebar ke sebelahnya, sebelahnya, sebelahnya dan sebelahnya lagi. Seperti itulah nanti yang akan kita lakukan jika menggunakan metode ini.

Proses ini, pada intinya mengajak kita untuk mulai dari hal kecil, yang disusun perlahan-lahan hingga akhirnya menjadi besar, dalam hal ini tentu saja hal besar yang dimaksud adalah cerita utuh. Karena itulah, metode ini adalah proses yang paling banyak dipakai penulis dalam membangun cerita. 

Langkah-langkahnya mudah. Yuk, simak langkah-langkahnya:

  1. Pilih satu kata, ubah kata ini ke dalam satu kalimat,
  2. Ubah kalimat itu, jadi satu sinopsis singkat yang berisi konflik utama cerita,
  3. Jelaskan biodata karakter, 5W1h (what, who, where, when, why, and how) dari karakter,
  4. Kembangin sinopsis menjadi kumpulan kalimat adegan, satu adegan diwakili oleh satu kalimat.  Baiknya, satu kalimat (maksimum dua) mewakili satu bagian cerita,
  5. Ubah masing-masing kalimat jadi sinopsis per bagian, lalu
  6. Tulis masing-masing cerita di chapter-chapter itu.

Cara ini paling cocok untuk novel-novel atau tulisan-tulisan bergenre romansa atau drama.

D. Metode Bookend
Kamu pernah gak, sih, tiba-tiba berhalusinasi ngebayangin sesuatu? Terus, otakmu tiba-tiba berhalusinasi lagi nyusun cerita hingga sampe di titik itu? 

Kayak tiba-tiba kamu kebayang pelukan sama Song Joong-Ki. Terus kamu bertanya-tanya, kok, bisa gue pelukan sama Joong-Ki oppa? Terus, kamu ngobrol sendiri sama dirimu nyusun cerita-cerita hingga bisa ketemu dan pelukan. Kalau pernah, selamat kamu sudah melakukan metode Bookend. ðŸ˜‚😂🤣🤣🤣

Yep, menggunakan metode Bookend, kamu hanya perlu tahu akhir dari cerita. Setelah itu, kamu hanya perlu menyusun adegan demi adegan hingga sampai pada titik akhir cerita yang sudah kamu tentukan. Biasanya, metode ini sering dipakai ketika menulis cerita dengan latar kriminal, detektif, dan sejenisnya. Karena kita diminta untuk kritis menjawab pertanyaan kita sendiri.


Nah terakhir, Umi ingin ingetin dulu. Kalau kalian nyusun kerangka karangan, beberapa hal di bawah ini perlu perhatian khusus:
  1. Premis: minimal ada tokoh utama, tujuannya apa, dan apa yang menghalanginya, dan apa resolusinya
  2. Plot:  ada empat cara membuat plot yang baik, gunakan itu! Penasaran apa saja? Cek di sini: Cara Membuat Novel: Bermain Dengan Struktur Plot
  3. Karakter: seminimal-minimalnya, kalian tahu sifat karakter kalian.
Nah, untuk pembaca sekalian, apakah kalian punya metode khusus saat menulis kerangka? atau kalian malah tidak menuliskannya sama sekali? Yuk, bagi-bagi pengalamannya di komentar. 

Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.