Tersesat Dalam Kata
Dalam rona merah keemasan, kata-kata manis itu menari ke udara. Janji-janji masa depan penuh asa. Melukis langit. Mengukir awan. Berhembus perlahan. Mewarnai satu demi satu guratan masa depan.
Tentang cincin itu. Tentang seberapa beratnya dibanding cinta. Hanya segitu. Tak terlalu banyak. Cuma segitu. Tak seberat itu.
Tentang mahar yang mengggurat masa depan nama-nama dan keturunan. Tentang ladang tempat bercocok tanam. Tentang gubuk tempat berlindung. Tentang kompor. Tentang sayur. Tentang pakaian. Tentang kecantikan dan ketampanan.
Lalu terukir bias. Cinta mendebur asa dengan realita. Sesat.
Kata tinggal debu. Semuanya luntur jadi abu.
Kemanakah lagi kaki harus melangkah jika tak ada lagi penuntun? Kemana? Sedang janji yang tergurat di awan terhembus angin. Sedangkan lukisan di langit sana sudah tersapu badai hitam. Sedangkan... kata-kata itu sudah menari, pergi.
Sesat. Kemana laagi kaki ini harus melangkah, Sayang?
0 komentar
Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.