Flash Fiction : Nabiela
Namanya Nabiela. Setidaknya, begitulah yang orang-orang katakan padaku.
Ia gadis kurus tinggi semampai dan ayu yang membuatku berpikir sedang berpikir apa kedua orang tuanya saat mengusahakan kehadirannya. Mungkin kalian akan bertanya-tanya, mengapa aku harus menceritakan hal ini. Aku pun masih bertanya-tanya hingga sekarang, mengapa wajahnya tak bisa menghilang dari ingatanku?
Andai saja ..., andai saja dia tidak tahu, mungkin akan baik-baik saja keadaan kami sekarang. Tapi, rasa cinta itu berbahaya. Ia mampu membuat kita melewati batas dan memberikan energi lebih untuk mengatakan perasaan kita pada yang kita cinta.
Kini, yang bisa kutatap hanya lemari kaca yang mengurungku di dalam ruangan berisi puluhan tabung kaca lainnya yang berisi pria-pria sepertiku, juga seringai mengerikan dari gadis yang kucintai. Mulutku dibungkam oleh kain tebal, sementara tanganku terikat kuat.
"Kalian mencintai permukaan tanpa pernah mau tahu siapa aku." Nabiela tersenyum padaku, menggerakkan tangannya mengelus permukaan kaca seolah jemari itu dapat menembusnya menyentuh wajahku. "Pernahkah kalian bertanya atau setidaknya mencari tahu apakah aku ingin berwajah seperti ini? Seperti gadis manis? Anugrah, huh? Ini kutukan untuk pria sepertiku."
Dia lalu meninggalkan kami di dalam tabung-tabung ini tanpa bisa melakukan apa-apa untuk membebaskan diri.
"Nikmatilah, sekarang kalian akan bisa menikmatiku lebih dekat. Oh, iya, namaku Nabiel, bukan Nabiela," katanya sebelum menutup pintu ruangan ini.
* * *
Tags:
Flash Fiction
1 komentar
Woww!
BalasHapusApa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.