Hinata Umi's Work

Namanya Nurul. Lebih tepatnya Nurul Saadah. Aku mengenalnya dari sebuah grup kepenulisan yang dibentuk oleh salah satu penerbit yang mengajakku bergabung menjadi editor. Aku menjadi editor di suatu kegiatan pembuatan antologi dan dia
"Kyoji, kenapa sih kamu sabar banget ngadepin aku?" Ia bertanya dengan wajah yang sendu. Terlihat benar ada kekhawatiran dalam dirinya. "Hina, kau itu istriku." "Tapi, kita ... tidak benar-benar suami istri, kan?" "Tapi
"Kau tahu, Rangga. Aku dan kau serasi. Kita berasal dari hal yang sama. Kau adalah rembulan. Aku juga rembulan. Kita bersama. Jadi sebenarnya kita tak akan terpisahkan," ucapnya menatapku dalam. Mencoba menghentikan keputusanku.
Pria itu duduk termenung kembali di sana. Di tempat yang sama. Selalu di sana. Di pojok antara charger box dan pintu masuk mushalla stasiun Mangarai. Tadinya kukira ia adalah salah satu penumpang yang