[REVIEW MOVIE] Moana: I Wanna Go Beyond The Reef, Dad~
- Moana-
Kau tahu? Hal yang paling menyenangkan dalam hidup ini adalah perasaan merasa spesial. Perasaan merasa terpilih. Perasaan merasa bahwa hanya kau dan kau satu-satunya yang bisa melakukannya? Pernahkah kau merasa sangat spesial hingga kau bahagia sampai ke ubun-ubun? Aku pernah merasakannya.
Itulah yang dirasakan oleh Moana. Judul sekaligus nama dari nama karakter utama kita.
Oke, sepertinya itu terlalu cepat untuk sebuah awalan. Minggu lalu, aku bercerita pada suamiku tentang keinginanku untuk menonton film ini dalam bentuk 3D. Ya, aku sudah menonton versi 3D dari salah satu film. Fantastic Beast. Tapi rasanya terlalu biasa saja. Lalu, salah satu temanku mengatakan akan lebih baik jika nonton film animasi dalam bentuk 3D.
Jadilah, aku menyatakan keinginanku pada suamiku. Namun, sayangnya, rejekiku hanya sampai di situ. Tidak ada satupun film Moana 3D yang tayang di teater manapun di dekat rumahku di akhir minggu lalu. Jadilah aku tidak jadi menonton Moana, akhir minggu ini.
Sayangnya, suamiku adalah suami terhebat yang selalu mengingat apapun yang diinginkan istrinya. Ia adalah suami yang selalu mengingat apapun yang aku inginkan. Sasuga, ne?
Jadilah hari senin minggu lalu, walaupun dengan penuh lelah, suamiku mengajakku kencan ke salah satu bioskop di daerah tempat kami tinggal. It was amazing. Kencannya maksudku.
Mari kita hentikan cerita tentang aku dan suamiku. Kami terlalu amazing untuk dibicarakan.
Cerita film ini berkisah tentang, Moana, gadis yang mencintai laut sejak ia kecil. Ia sangat berbeda dari anak kecil lainnya. Ketika anak lain takut pada laut, ia terpesona. Ketika anak lain ngeri mendengar cerita neneknya tentang legenda Jantung Te Fiti, ia malah terinspirasi.
Tapi memang dari legenda Te Fiti itulah cerita ini berlanjut.
Dalam legenda itu, terkisah seorang penjelajah setengah-dewa, benama Maui (disuarakan oleh The Rock loh, fyi), yang melakukan tindakan tidak terpuji. Maui, mengambil jantung dari Te Fiti, seorang Dewa kesuburan dan Bumi. Sayangnya, yang dilakukan oleh Maui membangunkan sosok Te ka, Dewa Api yang menginginkan Jantung dari Te Fiti.
Atas tindakannya, Maui kehilangan kail ajaibnya, juga jantung Te Fiti dan dihukum terdampar di sebuah pulau. Menunggu untuk ditemukan. Menurut legenda, akan ada seorang gadis dari salah sebuah pulau yang akan menyelamatkan Maui dari terjebak di pulau itu dan membawa Maui juga jantung dari Te Fiti kembali ke tempatnya.
Begitulah legendanya.
Ketika mendengar cerita ini, Moana, bukannya takut, malah sangat kagum. Ia langsung bermimpi untuk menjelajah lautan. Hal ini juga didukung pula oleh Lautan yang memberikan jantung Te Fiti pada Moana.
Sayang, ia telah terikat tradisi. Dimana seluruh warga Motunui, akan lebih baik hanya tinggal diam di pulau dan mengembangkan pulaunya.
Tahun berlalu, Moana sudah mulai bisa menekan perasaannya untuk menjelajahi lautan. Lautan sendiri? Tidak menyentuh Moana.
Namun, sebuah kejadian menjadi pemicu utama Moana, pelecut semangatnya untuk menjelajahi Lautan, mencari Maui si Dewa dan mengembalikan Jantung Te Fiti, kembali ke tempat seharusnya.
Cukup cerita tentang Moana dan Legendanya.
Film Disney kali ini, di luar ekspektasi. Banyak sekali rasanya pelajaran yang aku dapat. Lebih dari saat aku menonton film Frozennya Anna Elsa.
Aku belajar bahwa setiap anak sejak kecil selalu memiliki mimpi besar. Di film ini, terlihat betapa tertariknya Moana pada lautan. Sejak usianya masih sangat belia, yang ia lakukan hanya bermain mendekati lautan. Hingga akhirnya sang Ayah sampai menyanyikan lagu Where You Are, untuk membiasakan Moana pada lingkungannya juga mencintai apa yang ia punya.
Bentuk cinta orang tua terkadang terlihat super duper over protektif. Di cerita ini, Moana sangat dilarang oleh orangtuanya untuk berlayar jauh melewati karang. Kenapa? Sederhana, karena kekhawatiran sang Ayah dan Ibu terhadap keselamatan anak semata wayangnya itu. Bukti cinta mereka pada anaknya. Namun, bentuk cinta ini disalahpahami oleh Moana yang sangat ingin menjelajahi lautan. Kadang, begitupula orang tua kita. Mereka melarang bukan karena tanpa alasan. Jika belum tahu alasannya, tanyakanlah. Jika mereka belum mau menjawab, bersabarlah.
Kapal-kapal para pendahulu tersembunyi di balik karang di dalam gua. Ada alasan dibalik setiap sejarah yang tersembunyi. Begitu juga dengan kapal-kapal ini. Alkisah, dahulu kala, pada pendahulu mereka adalah pelayar. Sayangnya, pelayar-pelayar ini, belakangan, setelah Maui mengambil jantung Te Fiti, tidak ada yang kembali lagi. Karena alasan itu, Para pendahulu yang tersisa di pulau, menyembunyikan kapal dan mengarang cerita untuk menghilangkan minat anak-cucu juga diri mereka sendiri untuk keluar dari pulau.
Begitu juga di dunia nyata, tak semua sejarah dapat dibeberkan secara transparan. Siapa yang tahu bahwa awal-awal masa kejayaan Islam dihiasi dengan pembunuhan secara barbar? Terutama di masa Ottoman? Banyak yang tidak diberitahu bukan? Termasuk kepada anak-anak. Agar mereka tumbuh menjadi orang-orang yang kuat dan penuh harapan dan optimis tentang masa depannya.
Ekspektasi manusia itu sangat membebani Maui. Itu tidak hanya terjadi pada Maui. Semua orang saat ini, dipundaknya, dpenuhi dengan ekspektasi-ekspektasi berat. Sebagian ada yang bisa melampauinya, banyak yang tidak.
"Kapan ini? Kapan itu? Yang ini udah dapat belum? Yang itu bagaimana? Gimana sih, gini aja ga bisa?" - menjadi pertanyaan keramat yang jika ditanyakan menambah beban bagi orang yang menjadi subjek pertanyaan tersebut.
Maui, memikul ekspektasi manusia kepadanya bahwa ia adalah demi-god. Dewa yang bisa melakukan apa saja. Mereka meminta Maui untuk menarik pulau dari laut, memperpanjang hari, ... juga mengambil Jantung Te Fiti. Yang membuatnya akhirnya melampaui batas. Pilihan memang ada di tangan Maui sendiri, namun sadarkah siapa yang membuatnya seperti itu?
Orang yang telah kehilangan hatinya akan berubah wujud menjadi jahat. Te ka dan Te Fiti, dua Dewa yang keberadaannya saling meniadakan. Tapi tahukah? Te Fiti tanpa hatinya, tanpa jantungnya adalah Te Ka. Te Ka dengan jantung dan hati adalah Te Fiti.
Begitu juga manusia. Pada dasarnya kita, semua adalah Te Fiti. Memiliki hati, baik dan belajar untuk berbagi. Sayang, terkadang ada beberapa faktor luar yang menarik paksa kita untuk menjadi sosok Te Ka yang menyeramkan.
Ketertarikan seseorang sudah akan terlihat sejak ia kecil, walaupun ia pada akhirnya memilih jalan yang berbeda, namun, ketertarikan tersebut tak akan pernah memudar dan hanya berubah bentuk. Lihat Moana, setelah dewasa ia tidak lagi tertarik dengan lautan. Baginya akan lebih baik untuk tetap tinggal di Motunui dibanding keluar dari pulau. Tapi itu tidak meluluhkan semangatnya untuk mencintai lautan dan tidak mengubah pendiriannya untuk berkelana.
Yah, sebenarnya banyak lagi pelajaran yang bisa kuambil dari menonton film ini, seperti :
Sayang, ia telah terikat tradisi. Dimana seluruh warga Motunui, akan lebih baik hanya tinggal diam di pulau dan mengembangkan pulaunya.
Tahun berlalu, Moana sudah mulai bisa menekan perasaannya untuk menjelajahi lautan. Lautan sendiri? Tidak menyentuh Moana.
Namun, sebuah kejadian menjadi pemicu utama Moana, pelecut semangatnya untuk menjelajahi Lautan, mencari Maui si Dewa dan mengembalikan Jantung Te Fiti, kembali ke tempat seharusnya.
Cukup cerita tentang Moana dan Legendanya.
Film Disney kali ini, di luar ekspektasi. Banyak sekali rasanya pelajaran yang aku dapat. Lebih dari saat aku menonton film Frozennya Anna Elsa.
Aku belajar bahwa setiap anak sejak kecil selalu memiliki mimpi besar. Di film ini, terlihat betapa tertariknya Moana pada lautan. Sejak usianya masih sangat belia, yang ia lakukan hanya bermain mendekati lautan. Hingga akhirnya sang Ayah sampai menyanyikan lagu Where You Are, untuk membiasakan Moana pada lingkungannya juga mencintai apa yang ia punya.
Bentuk cinta orang tua terkadang terlihat super duper over protektif. Di cerita ini, Moana sangat dilarang oleh orangtuanya untuk berlayar jauh melewati karang. Kenapa? Sederhana, karena kekhawatiran sang Ayah dan Ibu terhadap keselamatan anak semata wayangnya itu. Bukti cinta mereka pada anaknya. Namun, bentuk cinta ini disalahpahami oleh Moana yang sangat ingin menjelajahi lautan. Kadang, begitupula orang tua kita. Mereka melarang bukan karena tanpa alasan. Jika belum tahu alasannya, tanyakanlah. Jika mereka belum mau menjawab, bersabarlah.
Kapal-kapal para pendahulu tersembunyi di balik karang di dalam gua. Ada alasan dibalik setiap sejarah yang tersembunyi. Begitu juga dengan kapal-kapal ini. Alkisah, dahulu kala, pada pendahulu mereka adalah pelayar. Sayangnya, pelayar-pelayar ini, belakangan, setelah Maui mengambil jantung Te Fiti, tidak ada yang kembali lagi. Karena alasan itu, Para pendahulu yang tersisa di pulau, menyembunyikan kapal dan mengarang cerita untuk menghilangkan minat anak-cucu juga diri mereka sendiri untuk keluar dari pulau.
Begitu juga di dunia nyata, tak semua sejarah dapat dibeberkan secara transparan. Siapa yang tahu bahwa awal-awal masa kejayaan Islam dihiasi dengan pembunuhan secara barbar? Terutama di masa Ottoman? Banyak yang tidak diberitahu bukan? Termasuk kepada anak-anak. Agar mereka tumbuh menjadi orang-orang yang kuat dan penuh harapan dan optimis tentang masa depannya.
Ekspektasi manusia itu sangat membebani Maui. Itu tidak hanya terjadi pada Maui. Semua orang saat ini, dipundaknya, dpenuhi dengan ekspektasi-ekspektasi berat. Sebagian ada yang bisa melampauinya, banyak yang tidak.
"Kapan ini? Kapan itu? Yang ini udah dapat belum? Yang itu bagaimana? Gimana sih, gini aja ga bisa?" - menjadi pertanyaan keramat yang jika ditanyakan menambah beban bagi orang yang menjadi subjek pertanyaan tersebut.
Maui, memikul ekspektasi manusia kepadanya bahwa ia adalah demi-god. Dewa yang bisa melakukan apa saja. Mereka meminta Maui untuk menarik pulau dari laut, memperpanjang hari, ... juga mengambil Jantung Te Fiti. Yang membuatnya akhirnya melampaui batas. Pilihan memang ada di tangan Maui sendiri, namun sadarkah siapa yang membuatnya seperti itu?
Orang yang telah kehilangan hatinya akan berubah wujud menjadi jahat. Te ka dan Te Fiti, dua Dewa yang keberadaannya saling meniadakan. Tapi tahukah? Te Fiti tanpa hatinya, tanpa jantungnya adalah Te Ka. Te Ka dengan jantung dan hati adalah Te Fiti.
Begitu juga manusia. Pada dasarnya kita, semua adalah Te Fiti. Memiliki hati, baik dan belajar untuk berbagi. Sayang, terkadang ada beberapa faktor luar yang menarik paksa kita untuk menjadi sosok Te Ka yang menyeramkan.
Ketertarikan seseorang sudah akan terlihat sejak ia kecil, walaupun ia pada akhirnya memilih jalan yang berbeda, namun, ketertarikan tersebut tak akan pernah memudar dan hanya berubah bentuk. Lihat Moana, setelah dewasa ia tidak lagi tertarik dengan lautan. Baginya akan lebih baik untuk tetap tinggal di Motunui dibanding keluar dari pulau. Tapi itu tidak meluluhkan semangatnya untuk mencintai lautan dan tidak mengubah pendiriannya untuk berkelana.
Yah, sebenarnya banyak lagi pelajaran yang bisa kuambil dari menonton film ini, seperti :
- Tidak pernah mau menyerah atas apapun yang terjadi pada diri sendiri
- Tidak akan ada yang berubah jika kau berdiam diri saja di tempat
- Selalu berusaha memperluas wawasan, tapi persiapkan diri untuk segala kemungkinan
- Kau, tanpa apapun yang selalu kau banggakan, tetaplah dirimu
- Penting untuk mengetahui alasan apapun dibalik ketidaksetujuan orang tua
- Kegelapan, jika tidak segera diusir dan diatasi, akan merambat dan menghancurkan segalanya
- Orang jahat tidak akan selamanya menjadi jahat
Tags:
movie
0 komentar
Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.