Hinata Umi's Work

[PUISI] Harus Apa Lagi?



Hembusan angin menjamah dedaunan. Membawa aroma kesedihan bercampur lara yang tak lagi mampu tertahan. Apa sebenarnya mau hidup jika tak bisa mengoyak tabir dan takdir yang belum terungkap?

Masih di sini. Berusaha memahami tarian rembulan menarik bintang. Mencoba untuk paham, siapa yang memulakan cahaya. Siapa pula yang memulakan suara. Tetapi, kelu. Tak dapat dirasa, tak dapat diraba. Hanya tarian lembut dari bintang di tengah malam purnama.

Harus apa? Sedangkan tak lagi terlihat bumi ikut menari. Senja pula hanya bisa menangis.  Riak air hanya dapat mendebur karang. Bebatuanpun tak lagi mampu menembuhkan ilalang.

Tolong! Hanya kata itu. Lalu kemana? Lalu siapa? Lalu apalagi? Sedang di sini duduk temangu. Menunggu. Tak tahu harus mulai dari mana.

Menyerah. Pada rumput dan ilalang yang masih berusaha untuk tumbuh di kerasnya bebatuan. Pada angin yang berusaha mengoyak lembutnya dedaunan. Pada senja yang sebentar lagi karam.

Lelah.

Tags:

Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.