- Melayani diskusi. Tapi tidak debat kusir.(tandanya: kalau kita udah mulai nyari siapa yang salah dan siapa yang benar, dan tidak lagi fokus pada solusi)
tl;dr
Kebiasaan manusia dalam mencari "siapa yang salah?" itu rasanya hmmm ... termasuk aku juga sih, kadang masih mencari siapa yang salah. Kita kadang tidak sadar pada banyak hal. Aku sendiripun, (mungkin) jika tidak berada di sini, dan dikelilingi oleh orang-orang yang baik tidak akan pernah sadar. Ada proses sebenarnya.
Seperti saat dulu DBD muncul pertama kali ke permukaan. Memangnya adakah yang dulu percaya kalau penyebar penyakit itu adalah nyamuk? Ndak ada toh? Tapi setelah ada yang meneliti, baru semua percaya. Apakah ada yang percaya bisa diobati itu DBD? Ga ada toh? Tapi itu dulu sebelum diteliti.
Sama kaya kasus susu, kasus vaksin, dan berbagai kasus lainnya. Proses perubahan dari tahu menjadi tidak tahu.
A. Kasus Susu Yang Tidak Sehat
Dulu, manusia ndak tahu kalau kita memproduksi enzim pencerna susu cuma sampai umur sekian dan sekian. Lalu, lantas peneliti zaman dahulu meneliti komposisi dari susu.
“EH TERNYATA SUSU MENGANDUNG BANYAK MINERAL PENTING BAGI TUBUH!!”
Lalu, menyebarlah informasi itu. Jadilah produsen susu meledak. Semua orang menyebarkan informasi Susu-itu-sehat, Susu-itu-baik-untuk-kesehatan, Ayo-minum-susu, susu-itu-penyempurna. Zaman aku SD, minum susu itu penanda bahwa kita orang kaya yang sehat. Zaman aku SD, minum susu itu sebuah kebanggan kelas kakap. Harga susu melonjak.
Dilakukanlah penelitian lanjutan tentang susu. Hasil penelitian itu menyebutkan bahwa, susu ternyata tidak baik dikonsumsi untuk anak di atas lebih dari dua tahun (ada yang punya referensi? Udah dicari, lupa kemaren itu baca di mana. Kayaknya sih di salah satu jurnal kesehatan yang diunduh dari ScienceDirect, tapi kok ya ndak nemu, jurnalnya. ._.), susu sapi ternyata mengakibatkan alergi tertentu (http://susuanakku.com/2014/04/20/benarkah-susu-sapi-berbahaya-dan-tidak-layak-dikonsumsi/), dan lain sebagainya.
Menyebarlah semua informasi tentang efek susu yang bisa dilihat dengan menggunakan kata kunci “efek susu” di Google. Betapa banyak artikel sok-tahu (walaupun beberapa artikel memang asli karena penulisnya tahu apa yang sedang ia tulis) muncul dan bertebaran di sana. Lalu, sayangnya setelah muncul informasi ini, fokusnya bukan mencari solusi malah mencari siapa yang salah. “Ini salah peneliti zaman dulu”, “Ini salah zionis”, “ini pasti konspirasi biar blabla”. hmmm ._.
Ingin rasanya melakukan cetak layar pada setiap status dari khalayak yang merupakan (alhamdulillah-nya) masih sahabat saya tersebut. Tapi kan ya ndak etis ._.
B. Kasus Vaksin
Pernah dengar sejarah munculnya vaksin bagaimana? Kenapa bisa ada vaksin di dunia ini? Kenapa anak-anak kita (aku belum punya anak sih :/ ) harus diberikan imunisasi di usia dini? Apa sih vaksin itu?
Dulu, manusia mana ada yang percaya kalau penyakit cacar itu bisa dicegah penularannya. Kalau ada yang kena, langsung isolasi ke pulau lain biar ga mewabah. Penderita penyakit ini malah dikasih beban mental yang (pasti) memperparah penyakitnya.
Malah penyakit ini disebut sebagai penyakit kutukanlah, dosalah, setanlah, apalah. Malah kalau ada yang sakit, rame-rame itu warga bikin sesembahan, kasih tumbal sama Tuhan-nya masing-masing. Penderitanya diisolasi. Sama tuh kayak penderita HIV/AIDS. Bukannya kasihan sama korbannya yang pastinya sudah sangat menderita dikucilkan. Belum lagi berbagai kutukan yang diterima sama penderita karena penyakit itu. (T~T)
Lalu, muncul sebuah penelitian dari seorang dokter bernama Edward Jenner (https://id.wikipedia.org/wiki/Edward_Jenner). Ditemukanlah kalau penyakit Cacar bisa dicegah penularannya melalui vaksin. Sesuatu yang aneh. Masa kita bisa mencegah sakit dengan sakit itu sendiri. Jangan ambil contoh zaman sekarang deh, saat itu saja, Pak Jenner sudah dikucilkan sama masyarakatnya dan dianggap aneh.
Tapi toh berhasil. Tapi toh informasi ini menyebar dan mendunia. Informasi ini juga menyelamatkan ribuan nyawa dan jiwa serta mental dari ganasnya penyakit ini (dan penyakit lain seperti folio, tetanus, dan lain sebagainya).
Eh, lalu tiba-tiba muncul pula penelitian lainnya. Belakangan diketahui bahwa si vaksin ini bisa mencegah atau malah mematikan orang yang divaksin (masih butuh referensi lebih lanjut mengenai ini). Ini sebenarnya berhubungan dengan faktor-faktor pendukung seperti tingkat alergi, imunitas, tindak lanjut si ibu pasca imunisasi dan lain sebagainya.
Lalu, yang menjadi informasi umum di tengah masyarakat adalah “Ini salah peneliti zaman dulu”, “ini konspirasi untuk membunuh umat manusia”, “Ini bla bla bla”. Oh (-_-”)
C. Kisah Eek di Kapal Nabi Nuh
Jadi inget kisah penduduk Armenia di masa Nabi Nuh. :3 (ga nyambung sih ini, tapi menarik untuk dimasukin :3) yang tertarik untuk tahu, silahkan baca :3
Di sini -> http://irsyadussariy1.blogspot.co.id/2010/04/cerita-nabi-nuh-as.html
Namanya juga random :3
D. Proses Dari Tidak Tahu Menjadi Tahu
Pada satu kuliah di masa aku semester 5 (atau 6 ya?), kami mempelajari tentang bagaimana membuat kecerdasan buatan untuk robot. Pada saat itu aku ingat bahwa, untuk membuat sebuah kecerdasan buatan, kita perlu paham bagaimana cara kerja otak kita sendiri.
Diajarkan pula pada saat itu, bahwa manusia itu memiliki proses pembelajaran. Proses itu terdiri dari:
Ketidaktahuan. Ini kondisi di mana kita baru lahir. Tidak punya pengetahuan dasar. Masih coepoe.
Penambahan informasi. Ini proses mencerna. Melalui proses pencernaan ini kita menumpuk yang dinamakan dengan pengetahuan dasar. Proses penumpukan informasi ini bisa dilakukan dengan menyentuh, melihat, mendengar, melakukan. Pengetahuan ini nantinya akan menjadi dasar saat kita menilai sesuatu.
Informasi yang didapat dari proses kedua, akan terus menerus ditindaklanjuti oleh otak. Sehingga akan menjadi pengetahuan yang kuat dan berdasar. (tentu dasarnya adalah pengalaman yang dialami oleh pribadi tersebut)
Lihat? Ada proses dari tidak tahu menjadi tahu disana. Proses itu yang membuat manusia mampu berpikir. Mampu menilai. Mampu membaca situasi.
E. Kembali Ke Topik Utama
Dari hal tersebut, aku menarik kesimpulan bahwa, tidak ada yang salah dengan munculnya isu-isu di atas. Vaksin, Susu, dan isu-isu lain yang terkait, hanyalah sebuah bentuk proses kehidupan manusia. Proses dari tidak tahu menjadi tahu.
Fokus kita yang membuat masalah-masalah tersebut jadi terasa sangat buruk.
Kita TIDAK TAHU kalau pohon bisa dibuat jadi kertas. Diteliti. Lalu, ditemukanlah kertas. Kita pakai. Lalu ternyata ketiadaan pohon menyebabkan lapisan ozon menipis. Di titik ini, kita TAHU, kalau pohon ternyata bukan sekedar pohon. Lalu solusinya apa?
Kita TIDAK TAHU bahwa ada metode untuk menyembuhkan Cacar. Lalu, ditemukan vaksin dan imunisasi, bisa mencegah kita tertular. Kita pakai. Lalu ternyata ada yang meninggal. Di titik ini, kita TAHU, kalau imunisasi dan vaksinasi bisa berefek pada dua hal. Lalu, solusinya apa?
Kita TIDAK TAHU bahwa susu sehat untuk tubuh manusia. Lalu, diketahui bahwa susu bisa diminum. Lalu diketahui pula bahwa susu mengandung mineral yang baik bagi tubuh. Kita minum. Lalu ternyata ada efek sampingnya. Di titik ini kita TAHU kalau susu punya efek samping. Lalu solusinya apa?
Proses.
Dari tidak tahu menjadi tahu.