Hinata Umi's Work

Me As a Part Time Wife

Jika aku diperbolehkan untuk jujur, aku ingin memilih untuk menjadi istri saja di rumah. Sesimpel itu. Adalah mimpiku menjadi ibu yang bekerja dari rumah juga menjadi istri yang mengabdi pada suaminya. 

Segala bentuk pilihan karir yang kupilih dan jalur hidup yang kutapaki sebelum menikah, segalanya terkait dengan mimpiku itu. Menjadi seorang istri yang berbakti pada suami di rumah dan menjadi seorang ibu yang menjadi madrasah utama anak-anaknya. 

Percayalah, tak ada mimpi yang paling ingin kucapai selain itu.

Dulu, pilihan karir yang ingin kujalani simpel saja, penulis, developer freelance, fashion designer, dokter, dosen. Kesemuanya itu kupilih karena akan selaras dengan mimpiku, target hidupku, tujuan dan misi utamaku itu.

Sayangnya, takdir berkata lain. Ketika akhirnya aku menapaki kehidupan berumah tangga, aku merasa harus membuang jauh-jauh mimpiku itu. Keluargaku, tak satupun yang mendukungku untuk mewujudkannya. 

"Cemana nanti hidupmu?"

"Emang kamu mau di rumah aja? Nanti ga bisa beli tiket pulang loh?"

"Sayang kali lah pendidikanmu itu nak'e."

Dan berbagai kalimat yang merendahkan pilihanku lainnya yang jujur saja, menciutkan nyaliku hingga seujung kuku. Aku yang tadinya sangat bersemangat untuk menjadi full time mom, berubah. Aku jadi memiliki kekhawatiran yang tidak sedikit tentang kehidupanku.

Aku yang tadinya bersemangat mendedikasikan diri untuk menuruti Aisyah R.A dan Khadijah R.A sebagai working home mom, akhirnya hanya mengikuti alir hidup orang kebanyakan. Bekerja di kantor yang harus setiap hari ke kantor dan tidak punya banyak waktu untuk mengurus keluargaku. Juga dengan tanggung jawab tripel. Sebagai Istri, sebagai anak, sebagai pekerja. Sungguh jika ada hal yang paling kusesalkan, maka keputusanku untuk mengubur mimpiku menjadi working home mom adalah satu di antaranya.

Aku berjuang untuk menerima diriku sendiri. Aku benci dengan keadaanku. Tidak sekali dua aku marah atau menangis dalam diam. Dan semua itu, masih berjalan sampai saat ini.

Aku berbeda dengan mereka yang memang ingin menjadi wanita karir. Aku ingin menjadi ibu yang berkarir dari rumah. Tapi, untuk menjadi salah satunya, aku harus mengorbankan rasa bangga orang tuaku. Rasa nyaman suam4iku. Sungguh, aku tak mau. Tapi mimpiku terkubur. Aku tak lagi punya waktu untuk apapun selain bekerja dan tugas rumah yang saat ini kukerjakan setengah hati.

Apakah aku sudah menerima kondisiku dan mimpiku? Sudah. Apakah aku ikhlas? Tidak. Aku masih ingin mengajukan proposal itu. Aku masih ingin menjadi ibu dan istri yang bekerja di rumah. Aku masih ingin menjadi Working Home Mom.

Moral of the story : don't buried your dreams!

Share:

0 komentar

Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.