Akankah Ada Kita Di Masa Depan?
Hai cinta?
Apa kabar kau di sana? Sudahkah kau makan hari ini? Ataukah sekarang sedang terlelap menguapkan keletihanmu hari ini? Ah... seandainya aku di sana hari ini bersamamu, ingin kuelap pelipismu yang berpeluh itu. Namun aku tahu, hal itu tak mungkin. Seperti katamu, kita tak halal.
Kita ditakdirkan untuk bertemu, bukankah begitu? Bolehkah aku mempercayai-nya juga? Bolehkah aku ikut dalam kisah cinta itu? Bolehkah aku merangkai cerita kita? Kisah kita di masa depan? Aku, Kau, bersama. Bolehkah?
Apakah aku berharap terlalu tinggi? Ataukah hanya ada aku, kau dan..... tak ada kata bersama? Tak ada kita? Apakah aku dan kau tak dipertemukan di dunia ini?
"Aku ingin mencintaimu karena Allah"
Aku ingin mempercayai itu pula. Sepertimu. Seperti kepercayaanmu terhadap-Nya. Aku ingin menunggumu, seperti Fatimah yang menanti Ali. Seperti Ali yang menanti Fatimah. Bolehkah?
Tapi, aku resah. Aku resah dengan keadaanmu di sana. Kau bertemu dengan yang lebih cantik dariku. Yang lebih baik imannya dariku. Yang lebih dulu mengecap keindahan iman. Yang lebih berprestasi dariku. Yang lebih berkepunyaan dariku. Akankah kau terpesona olehku yang biasa-biasa saja?
Aku resah menantimu. Aku sulit mempercayainya akan menuntunmu padaku. Aku tak tahu siapa sebenarnya dirimu cinta. Aku tak pula tahu bagaimana rupamu. Namun aku menantimu. Dan hatiku resah, ketika pemikiran gadis lain muncul menutup jalanmu kepadaku. Apakah yang harus aku lakukan?
Aku gadis biasa. Yang rapuh hatinya. Aku ingin percaya pada-Nya, namun hatiku tak berkata begitu. Aku khawatir. Karena pria yang baik hanya untuk wanita yang baik. Sedangkan aku? Aku masih jauh dari "baik" dan aku sedih begitu paham bahwa aku, mungkin saja, tak sebaik dirimu. Aku khawatir. Aku berbenah diri setiap saat, hanya agar aku bisa mendapatkan yang "baik" sepertimu.
Ah cinta... sedang apa kau sekarang? Bolehkah aku memintamu? Memintamu untuk menjaga hatimu? Menjaga hatimu dari gadis lain untukku? Aku akan belajar, belajar untuk menenangkan hatiku, dan pasrah pada-Nya. Agar aku tenang. Agar aku tak lagi resah memikirkan pertanyaan,
"Akankah kau datang padaku? Akankah ada 'Kita' di masa depanku dan masa depanmu nanti?"
Salamku padamu, wahai Cinta
-Gadis yang mencintai langit dan laut yang biru-
Tags:
puisi
0 komentar
Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.