Mungkin kalo ada orang yang mendengar kata-kata di atas akan berpikir, pembullyan yang saya alami adalah sesuatu yang dilakukan sekelompok orang yang memperlakukan kita sedikit kejam, Entah dengan melemparkan telur lah ke tubuh korban, bisa dengan melempari tepung, memukuli, memberikan sangsi sosial lah, dikucilkan, membuang barang-barang korban ke sesuatu tempat, pokoknya semuanya yang jelek-jelek deh.
Tapi bagiku... pembullyan yang ku alami saat SD tidak sama dengan pembullyan yang aku terima saat aku kuliah kini.
Hinata Umi's Work
Besok ayah ngajak aku untuk beli Ponsel untuk mengganti ponselku yang lama.
pas ayah nanya pengen apa, maunya sih jawab.. Android yah... tapi apa daya hati dan mulutku tak tega menjawab demikian. mengingat harga Android cukup menguras kantong.
Akhirnya, aku menjawab "terserah ayah aja..". dan ntah kenapa ayahku dengan semangat mengatakan "N**IA aja ya.." ntah kenapa ayahku sangat setia pada merek Ponsel satu itu. Kata ayah... Harganya stabil.
aku masih anak kecil?? itu kata dari seorang temanku. Bukan karena tubuhku yang terlalu kecil. Tidak mungkin karena hal itu. Aku terlalu tinggi untuk di bilang sebagai seorang anak kecil. Umur?? Pasti bukan!! aku terlalu tua untuk disebut anak kecil. Umurku saja sudah 18 tahun. Lalu? Wajahku? pasti bukan.. lha wong ada yang bilang wajahku keibuan. Lantas apa?
iseng aku bertanya pada salah seorang teman. Jawabaannya benar-benar mengagetkanku. Aku di bilang seperti anak kecil karena:
Belakangan ini pemberitaan media di tanah air semakin porak-poranda. Dari hal yang perlu sampai hal yang tidak untuk konsumsi rakyat luas di "obral" begitu saja tanpa adanya sensor atau tutup sana tutup sini, yang malah terkesan menambahi pupuk untuk "buah busuk".
Ntah artikel ini berguna atau tidak bagi pembaca semua. tapi diriku hanya mencoba menutup mata atas apa yang pernah mereka lakukan pada negeriku ini.
Terlepas dari pahitnya kenyataan ternyata lebih baik kita menutup mata, menutup telinga dari pemberitaan yang berbumbu penyedap itu.
Hal ini aku sadari saat aku menemukan sebuah puisi kecil dari salah seorang teman baikku. Isinya sederhana, tujuannya hanya agar kita pembaca mengetahui dampak besar dari pemberitaan yang "vulgar tersebut". silahkan baca puisi di bawah ini: