Seperti yang pernah Uum ceritakan pada akhir bulan maret dan awal juni kemaren. Uum mengikuti sebuah turnamen kepenulisan yang diadakan oleh komunitas Battle Of Realms. Uum belajar dan bereksperimen banyak hal di sana. Tidak terkecuali dengan gaya berkomentar.
Uum make berbagai macam jenis gaya berkomentar selama Uum berada di sana. Gaya review-nya juga bermacam-macam. Suatu hari, Uum punya tingkat iseng ke diri sendiri yang super-duper-sulit diterpakan, yaitu, nyoba untuk memberi komentar HANYA yang baik-baik saja. Apa yang Uum suka dari sebuah tulisan, bagian favoritnya yang mana, apa yang bisa dikembangin lebih baik lagi oleh penulis dari tulisannya.
Uum paham itu hal yang paling susah. Kenapa? Karena sifat dasar manusia adalah mecari-cari kesalahan orang lain. Dan itu ga bisa diubah. Kalaupun bisa butuh usaha ekstra kuat serta keteguhan hati yang maksimal. Sayangnya, Uum belum sampai pada tahap, berhasil mengubah pola pikir itu!
Jadilah dari 44 entry cerita di Battle of Realms saat ronde 2, Uum hanya berhasil baca 13 cerita dengan format review seperti itu. Guys, it's easy to find mistake rather than either way. Itu adalah hal buruk yang ga akan Uum ulangin lagi. Dari sini Uum paham satu hal, ada saat emang Uum hanya harus memuji dan ada saat yang memang Uum harus meng-kritik. Ada penulis yang berkembang karena kritik, ada juga penulis yang berkembang karena saran dan pujian.
Yang Uum sadari selama baca, pola pikir Uum masih dipengaruhi dengan mindset, "Ayo cari kesalahannya!' dan mindset 'pasti ada yang salah' atau sekalian yang emang 'ini bagus banget.' Sejujurnya itu menyiksa banget. Mencari-cari kesalahan orang yang ga salah itu rasanya ga baik banget >:(..
Makanya guys Uum bilang deh :
"We must know time and condition, when and where, we can say something."