Pemuda, Wait... Dia Pemudi
Hari ini ada kejadian menarik di atas kereta yang kutumpangi dalam rangka kopdar bersama sebuah komunitas yang aku ikuti. Kopdarnya BOR.
Hal ini terjadi di gerbong wanita, yang (seharusnya) dinaiki oleh wanita pula. Kejadian ini sesungguhnya menggelitik hatiku. Tujuanku kali ini berjalan-jalan hanya satu, menghilangkan stress yang terus berkecamuk di otakku karena banyaknya tugas dan proyek yang harus ku kerjakan belakangan ini. Karena kopdar ini(yang baru kali ini kulakukan bersama komunitas ini) diadakan di Jakarta(aku kan di Depok), tepatnya di Museum Bank Mandiri, jadilah, aku naik kereta dari st. UI dengan tujuan st. Kota.
Ketika kereta sampai di st. Juanda, petugas kereta tampak tengah berbisik-bisik satu sama lain sambil melirikkan matanya ke suatu arah. Jujur saja, ini pertama kalinya aku berada di kereta dan melihat para petugas itu berbisik seperti itu. Penasaran, mataku melirik mengikuti arah pandangan para petugas itu. Terlihatlah olehku seorang pemuda yang sedang menggenggam telepon genggamnya dan terlihat berbicara dengan seorang wanita di hadapannya di gerbong wanita. Mataku lebih kaget lagi menatap tak percaya pemuda tersebut ketika ia tampak seperti biasa saja dan tak merasa bersalah berada di gerbong wanita. Aku kaget.
Sejurus kemudian, petugas yang sepertinya sudah gerah melihatnya, segera mendatangi pemuda itu dan terlihat bercakap-cakap sedikit dengannya. Terlihat dimataku pemuda itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tulus dan menarik jaketnya sedikit, meminta maaf pada petugas yang tampaknya merasa tak enak.
Petugas itu lalu pergi meninggalkan dan membiarkan saja pemuda itu berdiam diri di tempatnya tadi berada.
Hal ini terjadi di gerbong wanita, yang (seharusnya) dinaiki oleh wanita pula. Kejadian ini sesungguhnya menggelitik hatiku. Tujuanku kali ini berjalan-jalan hanya satu, menghilangkan stress yang terus berkecamuk di otakku karena banyaknya tugas dan proyek yang harus ku kerjakan belakangan ini. Karena kopdar ini(yang baru kali ini kulakukan bersama komunitas ini) diadakan di Jakarta(aku kan di Depok), tepatnya di Museum Bank Mandiri, jadilah, aku naik kereta dari st. UI dengan tujuan st. Kota.
Ketika kereta sampai di st. Juanda, petugas kereta tampak tengah berbisik-bisik satu sama lain sambil melirikkan matanya ke suatu arah. Jujur saja, ini pertama kalinya aku berada di kereta dan melihat para petugas itu berbisik seperti itu. Penasaran, mataku melirik mengikuti arah pandangan para petugas itu. Terlihatlah olehku seorang pemuda yang sedang menggenggam telepon genggamnya dan terlihat berbicara dengan seorang wanita di hadapannya di gerbong wanita. Mataku lebih kaget lagi menatap tak percaya pemuda tersebut ketika ia tampak seperti biasa saja dan tak merasa bersalah berada di gerbong wanita. Aku kaget.
Sejurus kemudian, petugas yang sepertinya sudah gerah melihatnya, segera mendatangi pemuda itu dan terlihat bercakap-cakap sedikit dengannya. Terlihat dimataku pemuda itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tulus dan menarik jaketnya sedikit, meminta maaf pada petugas yang tampaknya merasa tak enak.
Petugas itu lalu pergi meninggalkan dan membiarkan saja pemuda itu berdiam diri di tempatnya tadi berada.
Lho?
Ada yang aneh. Petugas itu membiarkan begitu saja pemuda itu berdiri santai dengan telponnya di GERBONG WANITA. Ada apa?
Aku sekali lagi memperhatikan pemuda itu dengan seksama. Tak ada tanda-tanda ia adalah seorang wanita, posturnya, bentuk tubuhnya, bahkan rambutnya yang notabene-nya adalah alat pengenal utama seorang wanita-pun menyerupai seorang pria. Penasaran, dengan memberanikan tekat, aku bertanya kepada petugas yang tadi bertanya padanya,
"maaf mbak, kok pemuda itu dibiarkan disini?"
"dia perempuan, mbak.."
Huaaahhh aku kaget.. Dan shock.
"maaf mbak, kok pemuda itu dibiarkan disini?"
"dia perempuan, mbak.."
Huaaahhh aku kaget.. Dan shock.
" Ah.. masak mbak?"
" Iya mbak, tadi dia menarik jaketnya, dan saya melihat tonjolan di dadanya. Saya tadi sudah enggak enak menegurnya. Trus dia minta maaf pula."
Dan aku menatap ke arah pemuda eh tidak pemudi tadi dengan rasa tak percaya. Tiba-tiba pemudi itu menatapku dan tersenyum, tampaknya ia tahu kalau aku tadi mempertanyakan keberadaannya di gerbong wanita ini. Dan seketika perasaanku-pun berubah menjadi rasa tak enak. Kuanggukkan, kepalaku sekilas dan tersenyum. Yah.... tampaknya kalimat, " Don't Judge The Book By Its Cover." sedang bekerja padaku.
Tags:
pengalaman
0 komentar
Apa yang kamu pikirkan tentang tulisan di atas? Beri komentar di bawah, ya, teman-teman.