Tadinya,
semua terasa biasa saja.
Kita hanya duduk bersama, nonton berdua. Sementara layar memutar film Box Office yang memang kita pesan. Semuanya berjalan begitu saja. Tak terlintas sedikitpun dalam benakku hal yang tidak pada tempatnya.Tak
terlihat olehku adanya hal-hal yang mengganggu.
Kau terlihat sangat nyaman dengan posisi dudukmu yang menyandar. Dengan tangan kanan memegang sekotak popcorn dan tangan kiri berkali mencelupkan diri ke dalamnya. Mengunyah sedikit demi sedikit berondong jagung itu di dalam mulutmu. Tampak sangat nyaman dengan dirimu sendiri.
Karena itu, tak ada hal lain yang kupikirkan saat itu selain menenangkan diri dan membuatmu senyaman mungkin. Wajahmu yang terlihat nyaman itu, sungguh menenangkan untukku. Tanpa sadarku, ada candu untuk menatapnya lagi, dan lagi. Tanpa kau ketahui.
Aku tadinya tak berpikir apa-apa. Hanya ingin menatapmu dari sisi yang berbeda.
Karena dengan berada di sampingmu, melihatmu dari sisi kanan-kiri mataku, melihatmu dari berbagai posisi yang kusukai. Membuatku berpikir akan sangat menyenangkan jika kita bersama terus seperti ini.
Tadinya ...
Hanya saya, menatapku merubah posisi dudukku bekali-kali, menarik perhatianmu. Bertopang tangan ke
samping. Mendekat ke arahku.
"Kamu kenapa?" tanyamu.
"Dingin," kujawab sambil berusaha menahan malu di wajah yang sudah mulai menerpa. Takut ketahuan memperhatikanmu.
Tak kusangka, tak kuduga.
Kau lepas jaketmu. Dengan lengan besarmu, kau arahkan jaket itu padaku. Menyelimutiku layaknya aku tidak keberatan dengan keberadaanmu.
Aku tahu kau tidak sadar.
Jarak kita yang sangat dekat saat itu, membuatku ngeri. Kau bahkan tak memperhatikan perubahan itu. Perubahan sikapku. Setelah seharian aku memanja kepadamu, itu adalah hal yang mengerikan untukku.
Ada perasaan hangat yang mecoba mensejajari degup jantungku yang kencang. Ada rasa aman dan nyaman yang terbang menguap membentuk awan dingin yang membuatku santai seketika.
Apa yang harus kulakukan?
Aku mulai takut dengan segala imaji yang tercipta tentang dirimu.
Aku ... takut.
***